Sisi Lain Pernyataan Menteri Tedjo Edhi
"Jangan membakar massa, mengajak
rakyat, membakar rakyat. Ayo kita ini, tidak boleh seperti itu, itu suatu sikap
pernyataan yang kekanak-kanakan. Berdiri sendiri, kuat dia. Konstitusi yang
akan dukung, bukan dukungan rakyat yang nggak jelas itu,"
_____
Ini kutipan pernyataan panas pak Menteri Tedjo Edhi yang
saya kutip dari portal detik.com.
Biasanya dari sekian menteri dalam Kabinet Kerja, Menteri
Susi yang sering menjadi primadona. Tapi hari-hari belakangan Menteri Susi pun kalah
pamor oleh Menteri Tedjo Edhi akibat celetukannya tentang “rakyat nggak jelas” beberapa
waktu lalu. Media dan berbagai media sosial tanah air pun ramai oleh tulisan mengenai celetukan
Menkopolhukam tersebut.
Saya juga mau ikut-ikutan beropini. Hanya sedikit beda
dengan tulisan mainstream yang sudah
banyak bergulir.
Jika mengamati rentetan peristiwa demi peristiwa yang
terjadi sebelum gerakan Save KPK
berlangsung, statement pak Tedjo Edhi
itu bisa jadi sebuah sikap yang make
sense. Sebagai pejabat di bawah presiden yang paling bertanggungjawab
terhadap stabilitas dalam negeri, pak Tedjo tentu punya tugas besar memastikan
semua elemen bangsa mendapat perlindungan dari pemerintah.
Statement di atas
terjadi beberapa saat setelah masyarakat dan aktivis antikorupsi berkumpul
untuk menyuarakan dukungan terhadap KPK pasca penangkapan Bambang Widjojanto.
Peristiwa penangkapan BW ini memang jadi sebuah garis tegas dalam
sketsa konfrontasi KPK versus Polri. Keduanya adalah institusi besar yang berperan
strategis menjaga kewibawaan hukum di negeri ini. Oleh karena itu keduanya harus
mendapat dukungan penuh dari pemerintah maupun masyarakat. Memang jika mengamat-amati
fenomena yang terjadi, nampaknya arus dukungan lebih banyak mengalir ke arah
KPK. Pemerintah tentu harus punya sikap dan opsi pemerintah kali ini adalah
berdiri di tengah.
Bola panas calon tunggal Kapolri biarlah jadi blunder Presiden
Jokowi yang harus diurai pemecahannya lebih lanjut. Tapi Presiden tidak boleh
lagi melakukan blunder susulan dengan keberpihakan kepada salah satu institusi
dan mengabaikan institusi yang lain.
Sikap Presiden ini yang kemudian diterjemahkan oleh segenap
jajarannya. Menteri Tedjo Edhi melihat bahwa angin dukungan terhadap KPK telah menyeret
opini dan aksi sebagian masyarakat. Sebagai sarana berpendapat, ini sah-sah
saja. Namun pak Tedjo tidak ingin masyarakat yang lebih luas menangkap kesan yang
salah mengenai nasib atau kedaulatan KPK. Sehingga Tedjo “berusaha”
menetralisir kebisingan dan carut marut politik dengan mengeluarkan statement di atas.
Jika ber-positif
thinking dan menganalisa secara cermat kata demi kata yang keluar dari pernyataannya,
sebenarnya maksud Menteri Tedjo Edhi itu baik adanya. KPK adalah lembaga yang
dipayungi oleh konstitusi, jadi KPK tidak akan pernah bergeming sekalipun ada
pihak-pihak yang mencoba merongrong KPK selama KPK tetap pada jalurnya membela
kebenaran dan kedaulatan hukum.
Bisa jadi sebenarnya yang dimaksud dengan frase “nggak jelas”
itu bukan ditujukan pada “rakyat”-nya, melainkan pada “dukungan”-nya. Jadi Pak
Tedjo tidak menyorot rakyat yang nggak
jelas, melainkan dukungan yang nggak
jelas. Rakyat tetaplah sebuah entitas yang gamblang dan diakui eksistensinya,
tapi cara memberi dukungan itu yang hendak digarisbawahi oleh pak Tedjo Edhi.
Ini bukan bermaksud membela Menteri Tedjo, tetapi hanya
berusaha menganalisa statement beliau
dari sudut pandang yang lain.
Tapi harus ditegaskan, sebagai Menkopolhukam, Tedjo Edhi
memang tidak boleh terus menerus melakukan blunder dengan mengeluarkan
pernyataan nyentrik yang mengundang polemik di mana-mana. Dia harus belajar
dari kesalahan-kesalahan di masa lalu.
Beresiko besar memang meletakkan sosok yang gemar
mengeluarkan statement panas di
posisi Menkopolhukam. Saya pun merasa jika akan ada reshuffle kabinet, nama Tedjo Edhi bisa jadi masuk di daftar
Menteri yang akan dilengserkan. (PG)
Also posted at kompasiana:http://politik.kompasiana.com/2015/01/26/positive-thinking-untuk-menteri-tedjo-edhi-719520.html
Post a Comment