Header Ads

Rasa Sakit Itu Perlu

gambar dari: www.brutallyhonest.org
Saat sakit kepala menyerang, kita segera mengutuk penyakit tersebut dan berdoa agar rasa sakitnya segera berhenti. Begitu pula saat perut kita terasa pedih melilit. Kita ingin agar rasa sakit itu segera pergi jauh-jauh. Kalau bisa, jangan pernah ada deh yang namanya rasa sakit.

Padahal rasa sakit itu perlu. Kalau tubuh kita tidak dilengkapi Tuhan dengan mekanisme untuk merasakan “sakit” bayangkan apa yang akan terjadi dengan tubuh kita? Saat syaraf-syaraf di kepala kita menegang untuk memberi sinyal bahwa kita butuh relaksasi, kita tidak menyadarinya karena kita tidak merasa sakit. Ada infeksi di usus yang butuh perhatian segera, tapi karena kita tidak bisa merasakan sakit, maka kita tetap beraktivitas seperti biasa. Atau contoh yang lebih ekstrim, syaraf-syaraf di sekitar jantung tidak bereaksi saat jantung berdetak kencang karena bermasalah, kita tidak menyadarinya sampai jantung kita benar-benar berhenti. Mengerikan bukan?

Rasa sakit merupakan reaksi alami untuk memberitahu ada yang tidak beres di tubuh kita yang butuh penanganan segera. Memang rasanya itu pedih, tidak enak dan tidak nyaman. Pokoknya rasa yang tidak kita inginkan. Namun itulah mekanisme tubuh agar kita segera memperhatikan darimana asal rasa sakit itu lalu memberi penanganan yang diperlukan. Apakah butuh obat segera, penanganan dokter atau terapi lain untuk menyembuhkan penyebab sakit tersebut.

Di luar rasa sakit tubuh, ada juga rasa sakit yang lebih besar impact-nya terhadap hidup kita. Rasa sakit ini seringkali kita namakan “sakit hati”. Rasa sakit itu terjadi saat kita diremehkan oleh orang lain, prestasi kita tidak dihargai oleh atasan di kantor, saat pasangan hidup kita STT (selingkuh tipis-tipis atau tebal-tebal?), saat rekan bisnis kita menipu dan merugikan kita, saat tulisan kita tidak di-HL oleh Admin J dan contoh-contoh lain. Seperti ilustrasi sebelumnya, rasa sakit inipun kita perlukan. Pasti ada yang salah kalau kita tidak sakit hati saat istri selingkuh atau saat kita dirugikan.

Namun untuk rasa sakit hati ini, tentu saja tindak lanjutnya berbeda-beda tergantung dari penyebab sakit hati tersebut. Bisa jadi kita harus mengingkatkan kapasitas pribadi misalnya saat kita diremehkan atau pekerjaan kita tidak dihargai. Bisa jadi kita mesti memupuk rasa legowo dan intospeksi diri terutama saat kita mengalami musibah seperti tertipu rekan bisnis. Bisa jadi pula kita mesti memperbaiki karakter kita saat misalnya istri mulai menunjukan gelagat tidak setia. Setiap permasalahan hidup harus kita hadapi dengan caranya masing-masing.

Kesimpulannya, rasa sakit itu perlu untuk memberitahu kita bahwa ada “sesuatu” dalam kehidupan ini yang membutuhkan perhatian dan perbaikan dari diri kita. Kalau anugerah membuat kita bersyukur, rasa sakit membuat kita semakin memaknai anugerah tersebut. Kedua-duanya adalah cara Tuhan mendewasakan kita.

No comments

Powered by Blogger.