Header Ads

Veronica Tan dan Panitia Hak Angket


gambar dari: ahok.org

Dagelan berikut yang muncul dari kisruh APBD DKI adalah rencana pemanggilan Veronica Tan oleh Pansus hak angket DPRD DKI. Bagi yang belum kenal, Veronica Tan itu bini istri Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Sepertinya DPRD DKI makin kelimpungan dengan pressure yang mereka alami saat ini. Berkali-kali mau nembak si Gubernur, eh pelurunya malah balik ke mereka lagi.

Akhirnya plan B (atau malah plan C, D dan seterusnya?) pun digunakan. Tak ada hujan, tak ada angin, tiba-tiba terbersit kabar kalau pansus hak angket akan memanggil Veronica Tan untuk dimintai beberapa keterangan. Berita ini tentu mengejutkan banyak pihak karena anak SD pun bisa dijelaskan dengan mudah kalau tak ada relevansinya antara panitia yang kerjanya menelisik masalah APBD DKI dengan istri Gubernur. Yang terlibat permasalahan kan suaminya dengan kapasitas sebagai Gubernur.


Komentar suami sendiri seperti yang sudah bisa dibayangkan pun selalu menohok, "Harusnya panggil nenek gue dong. Kan gue pernah bilang ke mereka  'pemahaman nenek lu'”, ucap Ahok seperti dikutip portal kompas.com.

DPRD Bingung

Biang segala keanehan ini, pansus angket DPRD seperti biasa selalu punya argumen ngeles. Ketua panitia, Mohamad Sangaji berkata istri Gubernur akan dipanggil untuk dimintai keterangan sehubungan dengan aliran dana CSR dan Ahok Center, sebuah LSM yang terafiliasi dengan Gubernur DKI. Tapi begitu media menanyakan kapasitas Veronica Tan dalam pemanggilan itu, Mohamad Sangaji enggan memberikan komentar. Dia takut kalau keburu diberitahu kapasitasnya, pihak-pihak tertentu akan mem-backup data kepada Veronica Tan guna mencarikan pembenaran.

Di depan media pernyataannya memang seperti itu, tetapi siapapun yang mendengarnya pasti bisa mencium gelagat kepanikan pada kubu DPRD ini. Takut ada pihak-pihak yang mencarikan kebenaran, atau memang takut karena sejak awal rencana pemanggilan itu sudah salah.

Para legislator ini memang karirnya di ranah politik, jadi sudah biasa main hide and seek dengan rakyat atau kolega politiknya. Tapi kalau skenario yang kemudian ditampilkan aneh bin ajaib seperti ini kan justru bisa jadi bahan bercandaan lagi. Kasihan kemarin pak Haji Lulung sampai jadi brand gantungan kunci anti begal, setelah sebelumnya jadi karakter game android bertajuk “Lulung Mencari Dana”. Memang dari satu sisi ini tak lebih dari kiat marketing saja, tapi dari sisi lain sebenarnya perlakuan itu tergolong satir juga. Kasihan tokoh terhormat diperlakukan jadi mirip Syahrini. Untung yang bersangkutan tidak marah-marah, seperti saat mediasi dengan Ahok.

Veronica Tan Tak Usah Takut

Kembali ke topik. Sampai opini ini diturunkan memang belum ada tanggapan khusus dari Veronica Tan. Istri Ahok ini belum mau banyak komentar karena memang surat resmi panggilannya juga belum keluar.

Kalau surat dari pansus angket benar-benar dilayangkan, barulah Veronica Tan mempelajari redaksi suratnya dan memutuskan bersedia atau tidak bersedia memenuhi panggilan tersebut. Seharusnya bersedia sih, wong yang manggil wakil-wakil rakyat, orang-orang terhormat. Tapi kalau memang bunyi panggilannya rada aneh dan tidak relevan dengan topik yang sedang diusut tim angket, Veronica Tan bisa mengajukan keberatan dengan alasan tidak mengerti agenda yang akan dibicarakan.

Tapi sepertinya seru juga kalau Veronica Tan, seadainya benar-benar dipanggil nanti ayuh aja. Datang dengan elegan sebagai tamu legislatif. Lalu duduk manis, tak lupa menikmati suguhan, dan menjawab setiap pertanyaan dengan anggun. Tunjukkan gestur dan sikap seorang istri gubernur yang ideal. Kalau ada pertanyaaan rada aneh jawab saja dengan “Maaf, saya tidak mengerti,” atau “Oh, saya tidak tahu masalah itu.” atau mau yang lebih asyik lagi, jawab dengan “Mm, coba tanya bapak saja ya. Dia yang tahu…,” Dijamin para penanya pasti kecele setengah mati. (Ngomporin mode: ON) 
Tapi ah sudahlah Surat panggilannya belum keluar, rakyat jelata sudah pada heboh begini. Atau… jangan-jangan ini sekedar gimmick DPRD saja supaya perhatian rakyat sejenak beralih dari mainstream yang sebenarnya, sekaligus memberi pressure psikologis pada “musuh”, Sang Gubernur?  (PG)


No comments

Powered by Blogger.