Merancang THR Sendiri
gambar dari: ciricara.com |
Menjelang hari raya keagamaan, THR adalah
tunjangan yang paling ditunggu-tunggu kaum pekerja. Idealnya THR diberikan sebesar satu kali gaji
pokok yang diterima setiap bulan. Namun pada beberapa perusahaan kecil yang permodalannya
belum terlalu memadai, besaran THR disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Ada
yang memberikan 80% dari gaji pokok, 65%, 50% sampai yang memberikan THR seadanya
juga ada. Asal tidak kena tegur disnaker saja. Karyawan yang masa kerjanya
belum sampai periode tertentu sesuai kebijakan perusahaan juga biasanya belum
diberikan THR secara penuh. Permasalahannya, seringkali jumlah THR tersebut
belum mencukupi pembiayaan hari raya plus pernak-pernik pembiayaan yang
menyertainya.
Kabar baiknya, buat kawan-kawan yang THR nya belum
memadai, kita dapat merancang THR kita sendiri. Caranya lewat penyisihan
pendapatan secara rutin.
Pertama-tama, kita mesti sudah mengetahui
berapa sebenarnya THR yang ideal untuk kita. Pengalaman setiap tahun dapat
dijadikan sebagai acuan untuk membuat gambaran biayanya. Komponen pembiayaan
yang biasa terjadi misalnya: anggaran konsumsi (makan-minum), transportasi
(lokal atau keluar kota), uang saku untuk anak, keponakan, dan sebagainya. Setiap
orang pasti memiliki anggaran yang berbeda-beda.
Setelah menghitung gambaran biayanya, bandingkan
dengan jumlah THR yang akan diterima. Lalu hitung berapa selisih anggarannya.
Selisih inilah yang akan dirancang sumber dananya dari pendapatan kita. Kemudian
untuk menentukan seberapa besar penyisihan yang harus dilakukan setiap bulan, bagilah
selisih anggaran kemudian dibagi berapa lama rencana kita menyisihkan
pendapatan tersebut.
Misalnya: Odi seorang karyawan pada perusahaan
tekstil dengan upah Rp 1.850.000,- per bulan. Menjelang hari Idul Fitri, Odi
menerima THR sebesar Rp 1.550.000,-. Perhitungan biaya untuk merayakan lebaran
di kampung halaman plus membeli pakaian baru dan oleh-oleh untuk keluarga
sekitar Rp 2.000.000,- artinya Odi masih membutuhkan tambahan anggaran sebesar
Rp 450.000,- Nah, anggaran sebesar Rp 450.000 inilah yang mesti dirancang
penyisihannya.
Tugas berikutnya adalah menentukan berapa lama
Odi harus menyisihkan pendapatannya. Jika masa menabung yang tersedia masih setahun
penuh, Odi dapat menyisihkan pendapatannya sebesar Rp 450.000,- di bagi 12
bulan atau sekitar Rp 37.500,- per bulan. Katakanlah Odi akan merancang
tabungan hanya selama sembilan bulan sebelum hari raya. Artinya kekurangan
anggaran sebesar Rp 450.000 ini dibagi 9 bulan atau sebesar Rp 50.000,- per
bulan.
Ilustrasi di atas adalah milik si Odi. Angka-angkanya
pasti akan berbeda untuk setiap orang tergantung dari situasi dan kondisinya. Strategi
berikutnya yang sangat membutuhkan komitmen kita adalah memastikan setiap bulan
kita mengalokasikan dana tersebut. Pos dananya bisa diatur sendiri. Dapat
digabung dengan tabungan jangka pendek yang lain, atau dibuatkan satu pos
sendiri. Jika anda membuat satu pos sendiri, sebaiknya mencari pos tabungan
yang biaya administrasi dan pajaknya tidak lebih tinggi dari bunga tabungan per
bulannya agar tabungan anda tidak tergerus.
Keuntungan dari strategi penyisihan seperti
ini adalah arus kas kita tidak akan terlalu terganggu dibanding menggunakan strategi “tiba masa tiba akal”.
Artinya kita tidak membuat persiapan sedikit pun sehingga terkejut saat
mengetahui THR ternyata tidak cukup untuk membiayai seluruh keperluan hari raya
kita. Kalau keadaannya sudah demikian, kita pasti akan kelimpungan mencari
sumber dananya. Salah-salah kita mesti ngutang di saudara, bos atau tetangga lebih
dulu. Padahal kita bukannya kurang mampu, hanya kurang lihai mengelola arus kas
setiap bulan. Lagipula meminjam untuk tujuan konsumtif sebenarnya kurang sehat
imbasnya pada pengelolaan keuangan. (Baca artikel saya bijak mengelola kredit)
Jika menabung sudah merupakan bagian dari
kebiasaan hidup anda, maka tidak akan sulit menjalankan langkah-langkah di
atas. Anda hanya perlu mengatur pos tabungannya saja. Sehingga bila tiba
saatnya nanti, anda dapat merayakan hari raya dengan khidmat tanpa perlu dipusingkan
dengan pembiayaan yang terjadi.
Ini masuk akal dan seharusnya bisa dilaksanakan siapa saja. Asal disiplin. Heheheheh
ReplyDeleteBener mbak Maria. Bertekun dan berhemat. Itu kata kuncinya
Delete