Menggoda Calon Pembeli dengan Pricing Stategy
gambar dari: journalmenu.com |
Harga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi sukses tidaknya pemasaran sebuah produk. Oleh karena itu kita
mengenal istilah pricing strategy
atau strategi harga dalam pemasaran. Pengemasan dan pengelolaan harga produk
yang jitu dapat menggugah minat seseorang untuk membeli produk yang ditawarkan.
Contoh paling mudah, Saat ingin membeli arloji
baru di sebuah pusat perbelanjaan, anda dihadapkan pada dua buah toko yang sama-sama
menjajakan arloji. Toko yang satu menawarkan koleksi arlojinya di balik etalase
tanpa label harga. Sementara toko yang satu lagi menambahkan display harga dan
mengelompokkan koleksi arlojinya sesuai gradasi pemberian harga. Anda pasti
akan cenderung menghampiri toko yang memiliki display harga karena anda akan
lebih mudah membandingkan budget belanja dengan selera anda, ketimbang memilih
toko yang satu lagi.
Secara praktis, pricing strategy dapat dijelaskan sebagai cara pemasar bermain-main
dengan angka (baca: harga produk) untuk menarik minat beli calon pembelinya. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi pricing strategy antara lain kelas ekonomi sasaran
penjualan, gaya hidup masyarakat, produk yang ditawarkan, dll.
Berikut beberapa pricing strategy yang sering diterapkan para pemasar di sekitar kita.
1. Menambahkan gratisan
Kata “gratis” bisa menjadi
kata sakti untuk menarik pembeli. Pernahkah anda melihat pemilik toko
mencantumkan promo di balik etalase tokonya seperti ini, “Beli dua gratis
satu!” atau iklan sejenis itu. Strategi seperti ini cukup mumpuni diterapkan
apalagi masyarakat kita memang doyan dengan gratisan. Sebagai contoh, ketimbang
memasang label harga Rp 8.000, per botol seorang pedagang minuman memilih
menaikkan harganya menjadi Rp 12.000 per botol, namun pembeli mendapat gratis
satu botol setiap pembelian dua buah botol. Harga jual untuk tiga buah botol
minuman seharga Rp 8.000,- per botol sama dengan harga jual dua botol minuman
seharga Rp 12.000,- per botol. Keuntungan yang diperoleh pedagang adalah dengan
pembelian paketan misalnya beli dua atau kelipatannya sekaligus, minumannya
lebih cepat terjual. Kalaupun ada pembeli yang membeli satuan, margin
keuntungannya lebih tinggi dibanding harga normal.
Diskon
Selain gratisan, kata diskon
juga cukup menarik perhatian calon pembeli. Semestinya diskon atau pemotongan
harga terjadi pada momen-momen tertentu saja. Misalnya saat cuci gudang, atau
ada promo penawaran produk baru. Apabila ada toko yang menawarkan diskon terus
menerus walaupun musim sudah berganti beberapa kali, berarti kemungkinan
pemilik toko menerapkan strategi harga barangnya sudah dinaikkan terlebih
dahulu lalu dibuat diskon supaya harga kelihatan lebih menarik. Namun cara ini
tetap efektif dilakukan.
3. Menegaskan harga
Strategi ini cocok digunakan
masyarakat yang lebih memilih produk low
end. Memang sebagian masyarakat kita masih cenderung melihat nominal harga
terlebih dahulu sebelum mengecek kualitas produknya. Contohnya: “Nasi Campur
Komplit, cuma Rp 15.000!”. Atau bila produk
yang ditawarkan terdiri dari beberapa varian harga, iklannya seperti ini “Sedia
aneka helm mulai dari Rp 40.000,- !!“ Walaupun helm yang berharga Rp 40.000
adalah helm berkualitas paling jelek di tempat itu, tapi orang-orang yang kebetulan
melintas mungkin akan singgah sejenak karena angka Rp 40.000 tadi. Dengan
semakin banyaknya calon pembeli yang mampir, semakin tinggi pula peluang
terjadinya transaksi.
Beberapa department store malah berani menegaskan harga secara atraktif bila
memang dagangannya untuk item tertentu lebih murah dibanding harga pada
kompetitornya.
4.
Mempercantik harga
Kalau pada strategi
sebelumnya harga produk diberi ‘penegasan’, pada strategi ini harga dipermak sedemikian
rupa agar harga lebih eye catching di
mata calon pembeli. Contoh, ketimbang memasang label harga Rp 10.000,- per
item, seorang pedagang mungkin lebih memilih mencantumkan harga Rp 9.999, per
item. Kesan awal yang ditangkap calon pembeli adalah harga lebih murah. Contoh
lain, ketimbang melihat promo “Lemari es dua pintu, hanya Rp 1.750.000,” seorang pembeli mungkin lebih tertarik dengan
promo “Lemari es dua pintu, hanya Rp 1,75 juta” harga kelihatan lebih menarik atau lebih simple bukan?
Pada umumnya pembeli akan mencari alternatif harga yang lebih murah.
Sehingga seorang pemasar sebelum menetapkan pricing
strategy untuk produknya tetap harus melihat perkembangan harga pada
kompetitornya.
Namun ada pula beberapa produk yang lebih menarik minat pembeli apabila
harganya dinaikkan (price skimming). Dengan
harga yang semakin tinggi justru produk tersebut semakin seksi. Price skimming ini berlaku untuk produk
yang langka dan berkelas seperti misalnya batu mulia.
Kesimpulannya, saat berbelanja tetaplah gunakan nalar anda. Jangan
sampai anda membawa pulang belanjaan yang tidak anda butuhkan hanya karena
harga yang dicantumkan pemilik sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Post a Comment