Filsafat Uang
Semua orang senang berbicara mengenai uang. Karena sepertinya
uang punya “magnet” sendiri untuk diperbincangkan. Siapa tidak kenal uang? Anak
balita pun sekarang tahu kalau benda sakti itu punya kuasa mendatangkan
benda-benda favoritnya seperti mainan atau permen. Seorang tetangga buta huruf
di kampung saya pun pandai menghitung rupiah demi rupiah yang mampir ke
dompetnya. Pendek kata semua orang kenal
dana hafal kesaktian makhluk yang satu itu.
Kali ini kita akan coba menyingkap “keseksian”
uang kita. Kita lihat bagaimana sifat-sifat uang sebenarnya begitu kita menempatkan uang sebagai sebuah objek, seperti
kita mengamati objek-objek lainnya di sekitar kita. Corat-coret di bawah ini adalah sedikit
modifikasi dari materi pendidikan anggota Credit Union kami. Saya pikir bagus
juga dibagikan kepada pembaca sekalian. Siapa tahu bisa menginspirasi kita sekalian.
1.
Uang itu Seperti Air. Sejak SD kita sudah
belajar mengenai sifat-sifat air pada mata pelajaran IPA. Dari beberapa sifat
air tersebut, ternyata ada beberapa sifat yang menyerupai sifat uang kita.
Seperti misalnya: Air itu likuid dan mudah mengalir. Perhatikan bagaimana uang
kita. Apakah dia betah berlama-lama di dalam dompet atau tempat tertentu
ataukah dia mudah sekali “mengalir”? Pada umumnya uang kita cepat sekali
berpindah tempat. Hari ini ada di dalam saku tas, eh besok hari sudah berpindah
ke laci kasir supermarket. Pagi hari ada dalam dompet, sore hari kemudian sudah
berpindah ke dompet rekan bisnis kita. Berikut, air itu pada temperatur tertentu
mudah menguap, atau sebaliknya mudah membeku. Kemampuan air berubah wujud ini juga
mirip sekali dengan uang kita.
Sebentar-sebentar uang kita “menguap”
berganti wujud menjadi pakaian, fastfood,
perangkat elektronik, tiket nonton bioskop, dan lain-lain. Atau bisa juga
berubah wujud jadi aktiva tetap yang sewaktu-waktu bisa dicairkan kembali
menjadi uang, seperti kendaraan atau properti. Jadi dengan mengetahui
sifat-sifat yang seperti air tersebut,
kita dapat lebih bijak memperlakukan uang kita.
2.
Uang itu Suka Berkumpul. Tahu tidak, ternyata
uang itu suka berkumpul atau bergerombol, persis emak-emak kompleks yang sedang
bergosip ria. Bila ada satu emak lagi yang kebetulan lewat, biasa ikut
bergabung juga pada keramaian tersebut. Nah, uang kita juga seringkali bergerak
menuju kepada kumpulan besar uang lainnya. Misalnya: awal bulan, uang-uang pada
berkumpul di laci kasir bank atau laci kasir supermarket. Pertengahan bulan,
uang-uang berkumpul di brankas tukang kredit, akhir bulan uang-uang berkumpul
di laci bendahara perusahaan. Kalau kita perhatikan secara seksama pergerakan
uang kita biasanya bermuara pada satu gerombolan besar uang lainnya, milik
taipan atau kapitalis besar. Jadi biar kita juga banyak duit, belajarlah
mengumpulkan uang kita, biar dia memanggil kawan-kawannya yang lain untuk ikut
bergabung.
3.
Uang itu Suka Bersembunyi. Persis buronan
polisi, uang kita suka di tempat-tempat tersembunyi. Dia selalu ingin berada di
tempat yang gelap, terisolir, dan tidak mudah ditemukan. Tidak percaya? Coba cek
uang anda, baik yang anda bawa sekarang maupun yang tinggal di rumah.
4.
Uang Itu Hamba yang Baik, tapi Tuan yang Jahat.
Sifat ini sepertinya yang paling wajib hukumnya kita ketahui. Kalau kita
memperlakukan uang itu seperti hamba, maka dia menjadi hamba paling baik yang
pernah kita kenal. Mengapa? Karena uang itu sangat mampu diandalkan dalam
segala situasi dan kondisi. Dia selalu setia melakukan segala perintah kita,
termasuk membantu kita di saat-saat kita sedang kesusahan. Uang itu hamba yang
tidak pernah mengkhianati kita sebagai tuannya. Tapi hati-hati begitu keadaan
sebaliknya yang terjadi. Jika kita memperlakukan uang sebagai tuan dan kita
hambanya, maka dia adalah tuan paling jahat yang pernah ada. Bisa saingan sama
tokoh-tokoh antagonis di sinetron-sinetron kita itu. Mengapa? Karena uang itu
tidak pernah membiarkan kita beristirahat sejenak. Dia akan membuat kita
melakukan apapun yang diperintahkannya. Sekalipun itu bertentangan dengan
norma, peraturan bahkan suara hati kita sendiri. Uang pun perlahan-lahan akan
merampas “hidup” kita sendiri. Kita akan kehilangan waktu, cinta dan hal-hal
indah yang semestinya terjadi dalam hidup kita, apabila kita semakin memuja dan
mengabdi pada uang tersebut. Jadi kata kuncinya adalah: Jadikan uang kita
sebagai hamba, jangan sebaliknya.
Begitulah sifat-sifat uang
yang dapat kita jadikan bahan refleksi, bagaimana perlakuan kita selama ini
kepadanya. Banyak orang menyalahkan uang atas segala kejahatan yang terjadi di
sekitarnya. Tidak sedikit pula orang yang bersyukur karena merasa uang sudah
berbuat banyak kebaikan dalam hidupnya.
Mari belajar menghargai setiap
sen keringat kita, tapi tidak menjadikannya pusat kehidupan kita. Uang itu
tidaklah jahat atau baik, karena uang hanyalah uang. (PG)
Mantap ma filosofi pitih ko, hehe..
ReplyDeleteSalam kenal.
http://alrisblog.wordpress.com
Trims sudah mampir pak Alrisjualan.
DeleteSalam kenal