Koperasi "Zaman Now" Ikut Jaga Stabilitas Sistem Keuangan
Peran koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional kerap dipandang sebelah mata. Padahal selama ini koperasi memusatkan pelayanannya pada masyarakat kecil dan UMKM yang terbukti cukup tangguh menghadapi hempasan badai ekonomi. Mungkin masih lekat di ingatan kita saat krisis ekonomi global ikut melanda tanah air pada tahun 1998 dan 2008 yang membuat sektor keuangan nyaris lumpuh. Saat itu geliat masyarakat akar rumput-lah yang kemudian menjadi penopang perekonomian tanah air.
Dari perspektif tata kelola, koperasi khususnya koperasi
simpan pinjam sebenarnya melakoni prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang prudent dan aman.
Ilustrasinya seperti ini. Anggota koperasi memiliki simpanan
wajib, simpanan sukarela serta tabungan-tabungan lain yang disesuaikan dengan
kebutuhan anggota koperasi. Misalnya: jika anggota koperasi didominasi oleh
nelayan, maka koperasi semestinya menyiapkan tabungan khusus untuk keperluan
nelayan seperti tabungan untuk pembelian perahu dan alat tangkap atau simpanan
darurat yang digunakan pada saat cuaca sedang ekstrim sehingga tidak
memungkinkan untuk melaut.
Dana bersama yang berasal dari simpanan ini kemudian
digunakan oleh anggota lain yang membutuhkan dalam bentuk pinjaman. Tabungan anggota
peminjam menjadi jaminan utama pinjamannya. Untuk meminimalkan risiko kredit, biasanya
anggota peminjam diberi pinjaman tidak jauh dari jumlah simpanannya. Tapi
apabila kebutuhan calon anggota peminjam jauh lebih tinggi dari simpanannya, maka
anggota peminjam harus harus memenuhi syarat dan ketentuan khusus dari koperasi.
Misalnya sudah harus lulus dari kursus atau pendidikan tertentu, usia
keanggotaan sudah cukup lama, memiliki riwayat pengembalian yang baik dari
pinjaman-pinjaman sebelumnya atau menyertakan jaminan tambahan.
Tentu saja analisis kreditnya juga harus mendukung guna
memastikan anggota memiliki kemampuan bayar yang memadai untuk pinjamannya.
Jadi prinsipnya adalah dana bersama ini dari anggota, dikelola
oleh anggota dan hasilnya kembali ke anggota. Jika koperasi berhasil
mengedukasi anggota-anggotanya untuk menjadi anggota aktif (baik menabung,
meminjam maupun mengembalikan pinjaman) koperasi akan menjadi institusi
keuangan yang tangguh dan tahan banting.
Saya sendiri sudah menjadi anggota pada salah satu Koperasi
Credit Union sejak tahun 2009. Selama ini sudah beberapa kali memanfaatkan
produk pinjaman dari Credit Union kami: Pinjaman Tanah dan Perumahan untuk
membeli aset berupa tanah, Pinjaman Kendaraan (untuk pinjaman ini saya sudah
dua kali mengajukan untuk pembelian sepeda motor) dan Pinjaman Konsumtif
(kebutuhan keluarga).
Patut disyukuri, selama ini semua pinjaman selalu dibayar
tepat waktu dan tepat jumlah (TWTJ). Sebagai anggota Credit Union, saya
memahami betul dalam manajemen keuangan koperasi pengembalian pinjaman TWTJ
cukup penting untuk memastikan arus kas koperasi berjalan baik, likuiditas
selalu terjaga dan pendapatan tetap optimal. Dengan likuiditas yang terjaga, kebutuhan
uang tunai untuk anggota lain baik untuk penarikan simpanan maupun pencairan
pinjaman dapat terpenuhi dengan baik.
Pendapatan yang optimal membuat operasional koperasi berjalan
dengan baik dan koperasi mampu memenuhi biaya modal seperti pembayaran jasa tabungan.
Dalam sistem keuangan nasional, ada lima entitas yang
saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain yaitu perusahaan keuangan,
pasar keuangan, infrastruktur keuangan, perusahaan non-keuangan dan rumah
tangga. Dengan memiliki tata kelola keuangan yang baik, koperasi ikut
berkontribusi menjaga stabilitas sistem keuangan nasional ini.
Digitalisasi
Koperasi
Pada era digital saat ini, digitalisasi menjadi sebuah
keniscayaan. Semua hal menjadi terdigitalisasi dan semakin terhubung satu sama
lain. Tidak terkecuali untuk entitas seperti koperasi.
Credit Union kami pun tidak ingin “ketinggalan kereta” dan
bekerja sama dengan pihak ketiga untuk urusan digitalisasi. Vendor yang
dipercaya sudah berpengalaman menangani sistem dan aplikasi keuangan sejumlah
bank perkreditan rakyat dan intitusi keuangan lainnya, sehingga tidak mengalami
kesulitan yang berarti saat menangani Credit Union kami.
Digitalisasi koperasi mencakup produk-produk simpanan dan
pinjaman dalam platform sistem keuangan
yang digunakan dan mobile apps. Saat
ini, anggota Credit Union dapat dengan mudah mengecek saldo simpanan dan
pinjaman serta bertransaksi langsung dari gawai masing-masing kapan pun selagi
terjangkau sinyal internet.
Simpanan harian dapat didebet masuk ke simpanan lainnya
seperti simpanan wajib, simpanan unggulan dan sejumlah simpanan lainnya, juga
untuk pembayaran angsuran pinjaman. Algoritma aplikasi sudah menghitung secara otomatis
pokok angsuran dan bunga pinjaman yang harus dibayarkan sesuai dengan
karakteristik pinjaman pada perjanjian kredit anggota peminjam.
Bagi saya pribadi, mobile
apps yang terhubung dengan sistem keuangan Credit Union ini sangat
membantu, karena tidak lagi “terjebak” antrian panjang di kantor untuk mengisi
slip dan melakukan pembayaran secara tunai.
Pembayaran dan transaksi via mobile apps ini sangat sesuai dengan gaya hidup digital yang
dianjurkan pada masa normal baru saat ini. Selain meminimalkan risiko transmisi
virus korona, gaya hidup digital juga mendukung Gerakan Nasional Non-Tunai
(GNNT) yang dapat menjaga laju inflasi, mengurangi biaya pengelolaan uang tunai
serta mengurangi risiko-risiko penggunaan uang tunai.
Digitalisasi ini tidak hanya terbatas pada digitalisasi
produk dan pelayanan, tapi memiliki cakupan yang lebih luas. Digitalisasi
memungkinkan Credit Union tergabung dalam Gerbang Pembayaran Nasional (GPN)
melalui bank afiliasi yang bermitra dengan vendor. Dengan demikian Credit Union
juga terhubung dengan ekosistem keuangan yang lebih luas.
Anggota Credit Union pun dapat memanfaatkan apps untuk melakukan sejumlah transaksi pembayaran,
pengisian uang elektronik, transfer dari dan ke rekening bank dan sejumlah
transaksi lainnya.
Akhirnya penggunaan mobile
banking di gawai saya pun mesti saingan dengan penggunaan apps dari Credit Union. Malah untuk transaksi
seperti top up e-money dan mengisi
pulsa, saya lebih sering menggunakan mobile
apps dari Credit Union. Hitung-hitung ikut membangun koperasi saya juga,
karena vendor menerapkan sistem bagi hasil untuk setiap fee dari transaksi via apps.
Ada bagian dari fee yang menjadi
pendapatan vendor, ada yang menjadi pendapatan Credit Union.
Di sisi lain digitalisasi koperasi juga membawa keuntungan
bagi pemerintah selaku regulator dan pengambil kebijakan fiskal, karena
koperasi mampu menjangkau sampai ke masyarakat akar rumput: individu, komunitas
kecil atau usaha rakyat yang unbankable.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang terhubung dalam ekosistem keuangan,
beberapa gerakan nasional untuk menjaga stabilitas sistem keuangan seperti GNNT,
peningkatan financial inclusion masyarakat,
bahkan pemberantasan tindak pidana pencucian uang juga semakin terwujud.
Kesimpulan
Koperasi yang telah memiliki tata kelola yang baik dan
mengadopsi digitalisasi dalam produk dan pelayanannya ikut menjaga stabilitas
sistem keuangan nasional. Peran ini akan semakin terwujud jika semakin banyak anggota
koperasi yang teredukasi untuk memanfaatkan produk-produk keuangan yang telah
terdigitalisasi dan terhubung dengan ekosistem keuangan yang lebih luas.
Jadi image koperasi
yang dulu identik dengan kata kuno dan ketinggalan zaman sekarang sudah tidak
berlaku lagi. Koperasi telah menjelma menjadi entitas keuangan yang modern dan up to date. Dengan menjadi anggota
koperasi yang baik, kita pun ikut berkontribusi pada pembangunan ekonomi tanah
air. (PG)
Ilustrasi gambar dari www.solopos.com
Pertama kali tayang di Kompasiana
Post a Comment