Header Ads

Jangan Lakukan Ini Saat Sedang Emosi


Saat amarah sedang membuncah di kepala, seseorang bisa saja jadi lupa diri sehingga meneriaki orang lain dengan kata-kata yang kurang pantas. Begitu pula saat sedang jatuh cinta, semua yang dilakukan oleh orang yang dicintai nampak begitu baik di depan mata.

Memang saat diri kita diliputi oleh emosi mendalam baik sedih, marah, takut, bahkan gembira, pikiran-pikiran kritis bisa kurang bekerja dengan baik.


Oleh karena itu sebaiknya hal-hal yang penting menyangkut kehidupan jangan diputuskan pada saat kita sedang diliputi emosi. Bisa jadi saat itu kita merasa keputusan tersebut sudah sesuai. Namun ternyata setelah pikiran bekerja lebih baik, barulah terlihat cacat cela pada keputusan-keputusan tersebut.

Berikut beberapa area kehidupan yang bisa jadi pemicu meluapnya emosi kita. Sebaiknya saat itu terjadi jangan mengambil keputusan tergesa-gesa.

Karir/usaha
Jika menjadi pimpinan, kita ikut menentukan nasib tim atau bawahan kita, atau bahkan nasib perusahaan. Oleh karena itu hindari mengambil keputusan pada saat sedang marah atau pikiran kalut akibat masalah di luar kantor dan di dalam kantor. Kadang ada karyawan yang menjengkelkan dan sering bikin naik pitam. Tapi saat karyawan ini hendak diberi punishment atau bahkan PHK sekalipun, pastikan keputusan itu bukan diambil hanya karena emosi sesaat melainkan dalam keadaan pikiran yang jernih untuk menganalisa kinerja karyawan tersebut dikaitkan juga dengan peraturan atau policy perusahaan.

Jangan pernah mengambil keputusan penting yang mempertaruhkan usaha anda hanya karena emosi. Misalnya karena merasa gengsi tersaingi atau marah karena kompetitor berhasil menyabet proyek yang selama ini anda incar. Lalu setelah itu anda begitu saja memutuskan melakukan kredit besar-besaran untuk mengambil proyek lain tanpa analisa usaha yang baik.

Jika anda adalah karyawan, lain lagi masalahnya. Jika tidak sesuai lagi dengan passion atau kemampuan, anda bisa saja meminta resign atau pindah divisi, tetapi sebaiknya keputusan tersebut tidak dilakukan secara tergesa-gesa. Misalnya karena berseteru dengan seorang rekan kerja atau tidak cocok dengan boss baru, langsung minta keluar dari perusahaan. Kalaupun harus resign, pastikan anda telah memikirkannya masak-masak dan siap dengan segala konsekuensi yang terjadi, seperti pendapatan yang terhenti sementara atau kemampun kita mencari sumber pendapatan baru dan lain-lain.

Keuangan

Emosi yang dimaksud di sini bukan hanya amarah atau sedih. Perasaan gembira yang meluap-luap juga bisa menumpulkan logika berpikir kita.

Keputusan-keputusan besar dalam hidup seringkali terkait dengan keadaan keuangan kita. Mestinya segala keputusan keuangan yang kita ambil juga telah dipikirkan dengan baik. Tidak terlalu sulit sebenarnya karena uang terkait langsung dengan angka-angka dan segala hal menyangkut kuantitas biasanya ditempatkan di otak kiri, tempat pemrosesan rasio dan perhitungan.
Namun seringkali emosi karena kegembiraan atau harapan yang terlalu tinggi membuat kita melupakan hal tersebut. Misalnya penawaran investasi yang menggiurkan, membeli aset baru, memberi hadiah atau donasi, membuka asuransi baru dan lain sebagainya. Mungkin karena iming-iming dan rayuan pihak ketiga yang menarik membuat kita mengambil keputusan tanpa pikir panjang lagi.

Pada beberapa kasus penipuan online kita juga dapat dengan mudah menemukan orang yang begitu mudah mengucapkan sayonara terhadap rupiahnya hanya karena kasihan atau cinta buta kepada seseorang yang belum dikenal sepenuhnya. Memang mungkin juga ada faktor ketidakpahaman, tetapi penipu-penipu di luar sana cenderung menggunakan “emosi” calon korban sebagai modal utama kejahatan mereka.

Kehidupan Pribadi/Keluarga
Mungkin sebagian besar keputusan-keputusan salah karena emosi terjadi pada area ini. Selain karena sebagian besar waktu kita dihabiskan pada area ini, memang kehidupan pribadilah tempat dengan space paling luas untuk mengumbar emosi kita.

Bertengkar dengan pasangan hidup, orang tua yang memarahi anak-anaknya atau anak yang ngambek terhadap orang tuanya adalah hal-hal yang lumrah terjadi dalam kehidupan. Namun bagaimanapun juga berhati-hatilah mengambil keputusan saat suasana genting itu sedang terjadi. Memutuskan untuk menceraikan pasangan hidup, mengirim anak mengambil pendidikan jauh di luar kota, meninggalkan orang tua karena tidak menyetujui pilihan karir kita, atau memutuskan tali persahabatan yang sudah terjalin lama adalah contoh keputusan-keputusan besar dalam hidup karena menyangkut orang-orang terdekat dalam hidup kita.

Kalaupun harus terjadi demikian, pastikan kita telah memikirkannya dengan tenang dan menggunakan seluruh akal sehat kita, bukan hanya karena emosi sesaat. Jangan mengirim anak jauh-jauh hanya karena kita tidak tahan dengan kenakalan anak dan menganggap itu sebagai satu-satunya  cara untuk membuatnya jera. Jangan berpisah dari pasangan jika komunikasi belum dibangun secara mendalam dan kedua belah pihak belum memikirkan dengan matang segala konsekuensi yang terjadi karena perpisahan tersebut.

Yang Harus Dilakukan
Memang tidak semua orang mampu mengendalikan diri dengan baik pada saat emosi terjadi. Ada orang yang saat sedang marah harus menyalurkan energi meluap-luap tersebut pada sasaran amarahnya. Kalau tidak, yang bersangkutan bisa sakit kepala. Itu wajar rasanya.

Yang penting adalah tidak membuat statement atau keputusan-keputusan besar pada saat itu terjadi.
Seiring waktu, setiap orang pasti kian memahami bagaimana kiat menyalurkan emosinya dengan baik agar tidak berlebihan dalam memberikan respon pada suatu keadaan. Saya sendiri sedikit terbantu dengan kepribadian phlegmatis yang cenderung kurang suka melakukan konfrontasi secara langsung dengan sumber masalah. Jadi jika sedang marah atau sedih saya lebih suka mencari kesibukan lain sambil menjernihkan pikiran agar mampu melihat masalah yang terjadi dengan lebih terang sebelum mengambil keputusan.

Beberapa orang lain mungkin butuh suasana baru, refreshing atau menyalurkan emosi kepada hobi dan aktivitas lainnya. Beberapa orang mungkin juga harus menarik diri dari rutinitas atau lingkungan yang memicu emosi beberapa saat sampai bisa berpikir dengan jernih.


Kalaupun kita merasa cukup sulit berpikir jernih pada saat emosi melanda, jangan pikirkan yang lain-lain dahulu. Ingatlah saja orang-orang tercinta di sekitar kita. Mereka adalah orang-orang pertama yang merasakan konsekuensi dari segala keputusan kita ambil. Mungkin itu bisa sedikit membantu. (PG)

---

ilustrasi gambar dari: gambar dari: share.nanjing-school.com

pertama kali ditayangkan di blog kompasiana.com

No comments

Powered by Blogger.