Kiat Mencegah Kredit Macet untuk Pengelola Koperasi
Manajemen perkreditan pada koperasi memiliki karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan lembaga penyalur kredit lainnya seperti perbankan atau lembaga pembiayaan. Pada lembaga penyalur kredit tersebut, manajemen perkreditan mulai dari analisis, keputusan sampai penagihan kembali penuh standar yang ketat dan prinsip kehati-hatian. Pada manajemen kredit koperasi, prinsip kehati-hatian ini harus berjalan seimbang dengan nilai-nilai cooperative yang menjadi spirit dasar sebuah koperasi.
Walaupun demikian di lembaga penyalur kredit manapun, termasuk
di koperasi, kredit macet merupakan masalah utama yang harus diantisipasi dan
ditekan rasionya. Kredit macet (apalagi jika sudah parah) dapat mengurangi
pendapatan, menguras likuiditas koperasi yang dapat berimbas kemana-mana
seperti kesulitan membayar biaya operasional, anggota tidak dapat menarik
tabungan dan kemungkinan terburuk, koperasi bisa collaps.
Oleh karena itu, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan dibanding dengan
saldo seluruh pinjaman ditolerir maksimal sebesar 5% saja. Tugas pengelola
koperasi terutama yang menangani perkreditan adalah menjaga rasio ini tetap
ideal.
Jika keanggotaan koperasi berbasis komunitas formal seperti
misalnya, koperasi sekolah, koperasi karyawan dan sebagainya, tidak banyak
masalah dalam penagihan pinjaman karena pembayaran bisa dikompensasi dari
gaji/upah. Tapi koperasi yang basis keanggotaannya lebih luas harus memiliki
strategi khusus dalam penagihan pinjaman karena mengandalkan keaktifan anggota dalam
pengembalian pinjamannya.
Ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh pengelola koperasi
untuk meminimalkan risiko kredit macet setelah mencairkan kredit pada anggota
peminjam .
Memastikan anggota peminjam memahami
kewajiban pembayarannya.
Kredit
macet bukan hanya terjadi karena anggota tidak memiliki sumber dana yang
memadai untuk membayar kewajibannya. Kredit macet kadang terjadi karena anggota
tidak memiliki pemahaman yang lengkap mengenai
pembayaran kredit seperti sistem pembayaran, suku bunga, dampak kredit
lalai untuk koperasi sampai penalti yang dibebankan jika terjadi kelalaian
pembayaran. Jadi sebelum pencairan
pinjaman dilakukan, staf atau komite yang menangai kredit mesti memastikan
anggota peminjam memahami semua syarat dan ketentuan yang termuat pada
perjanjian pinjamannya. Strategi lain yang dilakukan oleh beberapa koperasi
seperti Credit Union adalah aktif
memberi edukasi dan pelatihan kepada anggota-anggotanya mengenai pengetahuan
perkoperasian, pengelolaan keuangan rumah tangga, kewirausahaan dan lain-lain
agar anggota mampu mengelola arus kasnya dengan efektif dan memiliki kemampuan
mengatasi masalah-masalah keuangan yang terjadi secara mandiri. Dengan demikian
risiko kredit macet dapat diminimalkan.
Menggali informasi lebih dari penjamin.
Jika
aplikasi pinjaman pada koperasi dilengkapi dengan rekomendasi penjamin (co-maker) dari anggota koperasi lain,
staf atau komite kredit dapat menggali informasi lebih dalam tentang anggota
peminjam dari penjamin tersebut untuk menunjang analisis kredit. Penjamin diharapkan
memberikan informasi seobjektif mungkin, walaupun biasanya penjamin akan
cenderung memberikan informasi yang memihak kepada anggota peminjam. Informasi apapun
yang diberikan penjamin tetap bisa dikonfrontasikan dengan informasi yang
diberikan anggota peminjam seperti tujuan pinjaman, kemampuan membayar dan informasi
lainnya. Aktif menghubungi penjamin juga menjadi langkah awal untuk
mengingatkan kewajiban penjamin jika di kemudian hari anggota peminjam memiliki
masalah dalam pengembalian pinjamannya.
Memastikan aspek legal dari agunan.
Jika
pinjaman menyertakan agunan, pastikan semua aspek legal dari agunan tersebut
terpenuhi. Lengkapi juga agunan dengan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti
pengikatan di notaris, surat kuasa menjual dan dokumen-dokumen lain yang
diperlukan. Hal ini dapat memberi pressure
kepada anggota peminjam agar aktif mengembalikan pinjaman sesuai perjanjian,
sekaligus menguatkan posisi koperasi jika di kemudian hari terjadi kemacetan
dan pada akhirnya koperasi harus menempuh langkah hukum dalam penagihan kembali
pinjaman macet tersebut.
Mengingatkan sebelum jatuh tempo.
Kadang
kredit macet pada awalnya disebabkan oleh kelalaian pembayaran pinjaman. Jika kelalaian
pembayaran sudah bertumpuk satu atau dua bulan atau lebih maka beban pembayaran
anggota semakin besar. Ini dapat menyebabkan anggota makin enggan menuntaskan
kewajiban pembayarannya. Oleh karena itu salah satu strategi yang dapat
digunakan untuk meminimalkan risiko kredit lalai adalah mengingatkan anggota
mengenai kewajibannya, bahkan sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran tiba. Reminder ini bisa dilakukan lewat email,
message broadcast atau media lain
yang relevan dan bisa menjangkau anggota. Ada kondisi-kondisi tertentu pada
anggota koperasi yang membuat reminder
seperti ini sangat efektif. Kadang ada anggota yang melupakan tanggal jatuh
tempo karena kesibukan. Ada juga anggota kurang mampu mengatur arus kas,
sehingga harus diingatkan kembali agar memberi prioritas pada pembayaran
pinjaman sebelum pengeluaran atau kebutuhan yang lain.
Demikian beberapa kiat yang dapat membantu para pengelola koperasi meminimalkan risiko kredit macet pada anggota peminjamnya. Dengan manajemen kredit yang baik, keuangan koperasi pun lebih sehat sehingga koperasi dapat semakin mewujudkan misinya untuk membantu anggota-anggotanya mencapai tujuan keuangannya.
Ilustrasi gambar dari pixabay.com
Pertama kali tayang di kompasiana.com
Post a Comment