Header Ads

Kiat Edukasi Anggota Koperasi agar Bijak jadi Pengguna Aplikasi Keuangan

 


Digitalisasi semakin menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Saat ini, nyaris semua sektor kehidupan di sekitar kita tidak bisa terpisahkan lagi dari digitalisasi. Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi harus semakin mengakrabi digitalisasi ini jika tidak ingin “ketinggalan kereta”.

Hal ini berlaku pula untuk gerakan koperasi. Saat ini, sejumlah koperasi sudah menerapkan digitalisasi dalam pelayanan kepada anggota-anggotanya. Topik mengenai digitalisasi produk dan pelayanan pun semakin sering menjadi pembicaraan dalam forum-forum pengelola koperasi.

Namun di sisi lain, digitalisasi membawa tantangan baru bagi gerakan koperasi. Kita ketahui bersama segmen ekonomi masyarakat yang menjadi sasaran utama pelayanan koperasi adalah masyarakat kecil, menengah dan masyarakat yang dipandang unbankable. Segmen masyarakat ini biasanya belum cukup fasih dan masih jarang bersentuhan dengan teknologi keuangan. Hal ini dapat menjadi celah bagi pelaku tindak kejahatan di dunia maya untuk memuluskan aksi kejahatannya.

Sudah beberapa tahun terakhir ini, Credit Union kami menggunakan aplikasi mobile yang mulai dimanfaatkan secara luas oleh anggota. Pemanfaatan digitalisasi ini memang membawa manfaat yang besar baik bagi Credit Union, maupun bagi para anggota yang menggunakannya. Produk dan layanan Credit Union dapat diakses oleh anggota kapan saja, di mana saja (selagi terjangkau sinyal internet). Aplikasi juga terhubung dengan Gerbang Pembayaran Nasional sehingga anggota dapat menggunakan saldo tabungan di Credit Union untuk melakukan transaksi seperti pembelian pulsa, token listrik, top up uang digital dan sejumlah transaksi lainnya.

Namun seiring meningkatnya pemanfaatan aplikasi mobile, kami mulai menerima laporan demi laporan dari anggota mengenai upaya scamming yang dilakukan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Para scammer mengincar anggota yang masih “polos” dan  belum sepenuhnya memahami modus operandi kejahatan dunia maya. Modus yang sering terjadi adalah permintaan data pribadi dengan alasan pengkinian data, atau upgrade status anggota menjadi nasabah prioritas dengan mencatut nama Credit Union.

Sebagian besar pesan scam ini dikirim lewat inbox media sosial facebook, setelah sebelumnya pelaku mengganti foto profil dan nama akun menyerupai foto profil dan nama akun resmi koperasi. Jadi kemungkinan komplotan scammer melakukan riset terlebih dahulu dari pertemanan media sosial dengan akun resmi lembaga, lalu melacak akun facebook calon-calon korbannya.

Modus penipuan ini tentu saja berpotensi menimbulkan kerugian jika calon korbannya benar-benar mengirimkan data-data yang diminta oleh si penipu. Apalagi pelaku kejahatan juga bisa memperoleh informasi lain, seperti misalnya kode OTP aktivasi aplikasi yang menjadi layar keamanan terakhir sebelum pelaku benar-benar menguasai rekening korbannya. Selain merugikan pengguna, nama baik lembaga dalam hal ini koperasi juga bisa tercoreng, karena dicatut untuk melakukan penipuan.

Oleh karena itu edukasi terhadap anggota koperasi sangat penting guna meminimalkan risiko penipuan seperti ini. Credit Union kami sendiri menggunakan beberapa kiat untuk mengedukasi anggota agar bijak mengambil keputusan sebagai pengguna layanan keuangan digital. Cara-cara yang kami lakukan antara lain sebagai berikut:

Memasukkan Materi Edukasi ke Modul Pendidikan Anggota

Jika Koperasi atau Credit Union memiliki program pendidikan yang diberikan kepada anggota, seperti pendidikan wajib atau pendidikan anggota lainnya, edukasi mengenai bijak sebagai pengguna aplikasi keuangan dapat disertakan ke dalam materi pendidikan. Topik ini bisa dimasukkan pada sesi digitalisasi atau sesi pemanfaatan teknologi, misalnya. Tujuan dari materi tersebut adalah mendidik anggota agar lebih bijak dalam beraktivitas di dunia maya dengan tidak mudah membagikan data-data pribadi seperti NIK, tanggal lahir, nomor telepon dan data-data lain yang berpotensi dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk mengambilalih rekening keuangan korbannya. Anggota harus mawas diri dan “wajib curiga” jika ada permintaan data seperti ini termasuk yang mengatasnamakan koperasi sendiri.  

Informasi di Media Sosial Resmi

Seiring meluasnya penggunaan media sosial di masyarakat kita, jangkauan dan pengaruh media sosial pun semakin besar. Oleh karena itu informasi-informasi melalui media sosial resmi koperasi menjadi salah satu kiat yang cukup strategis untuk dilakukan. Konten yang dibagikan ke media sosial bisa berupa infografis yang menarik, video penjelasan atau e-flyer yang disampaikan secara masif. Pesan kontennya kurang lebih sama seperti yang disertakan pada materi pendidikan, dengan bahasa yang disesuaikan disesuaikan untuk pengguna media sosial. Nomor call center atau nomor-nomor telepon resmi koperasi yang dapat dihubungi bisa ditampilkan dalam konten, untuk membantu anggota melakukan konfirmasi jika ada permintaan data yang mencurigakan.

Langkah lain yang bisa ditempuh adalah menampilkan tangkap layar akun palsu atau percakapan dalam kotak pesan anggota (dengan persetujuan anggota) dan memberi peringatan di caption konten tersebut. Hal ini bisa membantu anggota mengidentifikasi potensi penipuan lebih awal.

Memanfaatkan Komunitas Anggota

Selain membagikan konten peringatan di media sosial, koperasi juga bisa menyasar komunitas-komunitas anggota. Hal ini dapat dilakukan pada saat melakukan kunjungan lapangan atau membagikan informasi terkait di grup-grup daring komunitas anggota. Edukasi juga bisa dilakukan pada saat mendampingi kelompok-kelompok usaha atau kelompok UMKM yang dimiliki koperasi. Biasanya interaksi antara anggora dan pengelola koperasi terjadi lebih intens pada komunitas-komunitas seperti ini. Jadi memanfaatkan komunitas untuk berbagi informasi juga bisa menjadi kiat yang efektif.

Jika diamati perkembangannya, modus penipuan di sektor layanan keuangan digital dari waktu ke waktu berubah menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kondisi masyarakat. Keamanan sistem pun terus ditingkatkan oleh para vendor aplikasi keuangan. Tapi secanggih apapun sistem keamanan dibangun, tetap ada celah yang bisa dimanfaatkan para pelaku tindak kejahatan jika pengguna aplikasi abai dan lalai. Oleh karena itu edukasi kepada para pengguna tetap harus dilakukan dengan masif.

Berkaca dari pengalaman di Credit Union kami, setelah edukasi dilakukan secara intens kepada anggota, laporan kasus scam mengalami penurunan. Anggota pun semakin cerdas merespons aksi-aksi si penipu. Ada yang pasang jurus cuek bebek, ada yang langsung memblokir akun atau nomor si penipu, juga ada yang berinisiatif melaporkan ke kantor dengan melampirkan tangkap layar percakapan dan foto profil pelaku. Laporan ini pun dimanfaatkan dengan kembali melakukan broadcast “wajah baru” si penipu ke grup-grup anggota.

Wasana kata, aksi penipuan dan keamanan sistem sudah seperti pencuri dan polisi. Yang satu selalu berusaha lebih canggih dari yang lain. Tapi sekali lagi, secanggih apapun sistem keamanan digital dibangun, aksi penipuan selalu terjadi dengan mengintai pengguna-pengguna yang teledor. Jadi edukasi kepada masyarakat, khususnya anggota koperasi yang masih awam terhadap fintech menjadi kunci untuk meminimalkan risiko kerugian yang mungkin terjadi.

Semoga bermanfaat. (PG)


Ilustrasi gambar dari dokumen pribadi 

Pertama kali tayang di Kompasiana     

No comments

Powered by Blogger.