Header Ads

Dulu Kita Dijajah Belanda, Sekarang Dijajah Corona

 

ilustrasi gambar bendera merah putih dari kompas.com untuk artikel "Dulu Kita Dijajah Belanda, Sekarang Dijajah Corona" oleh pical gadi di picalg.blogspot.com

Dulu kita dijajah kompeni, sekarang dijajah orang berdasi.

Kalimat di atas saya dengar sudah lama sekali, pada salah satu sitkom yang dulu cukup populer saat itu, zaman saya masih duduk di bangku SD atau SMP. Hanya maaf, karena sudah bertahun-tahun lamanya saya sudah lupa judul acaranya.

Latar belakang kalimat tersebut muncul adalah kegalauan masyarakat yang rumahnya akan digusur untuk pembangunan gedung bertingkat di salah satu sudut Jakarta.

Mengapa kata-kata ini terus terngiang di telinga saya? Karena kata-kata itu selalu aktual sampai kapan pun, bahkan sampai hari ini.

Kita telah merayakan ulang tahun proklamasi yang ke-75. Pada momentum seperti ini kita dapat selalu mengulang-ulang kembali pertanyaan berikut sampai bosan, bahkan bila perlu sampai mati rasa:

Apakah kita sudah benar-benar merdeka?

Lalu kita mulai berefleksi kembali untuk mencari jawabannya. Jika penjajahan yang dimaksud adalah penjajahan fisik yang terjadi sampai pada 75 tahun yang lalu, oleh Belanda dan Jepang, ya kita sudah merdeka. Proklamasi adalah garis batas dari situasi dan kondisi tersebut.

Tapi jika kita membuka sudut pandang kita lebih lebar untuk melihat wajah lain penjajahan dan ancaman terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, kita pasti akan menjawab mungkin ya, mungkin tidak. Kata “ya” dan “tidak” pun masih ditemani kata mungkin

Saat ini ancaman-ancaman yang dapat melemahkan bangsa dan negara Indonesia bermacam-macam bentuknya, begitu kompleks dan multidimensi. Ada ancaman terhadap ideologi, ancaman budaya, ancaman akibat perubahan iklim, ancaman perang ekonomi, perang dunia maya, terorisme dan lain-lain. Ini ancaman-ancaman yang datang dari luar negara kita.

Tidak kalah berbahayanya adalah ancaman yang datang dari dalam tapi tetap berpotensi besar mengganggu stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Misalnya: gerakan separatis, berbagai macam kejahatan: cybercrime, perdagangan manusia, narkoba, korupsi, penindasan dan lain-lain.

Semua ancaman tersebut adalah wajah kontemporer dari penjajahan yang sedang berlangsung saat ini.

Bencana terbaru yang menimpa negara kita adalah ancaman kesehatan yang kemudian merembet kepada sendi-sendi kehidupan yang lain termasuk ekonomi: Covid-19!

Ya, memang virus corona telah menjadi masalah semua bangsa di dunia, tetapi mari melihatnya dari perspektif bangsa Indonesia. Saat ini kita semua sedang “berperang” sesuai dengan kapasitas masing-masing untuk meminimalkan risiko dari virus corona ini. Sebagaimana layaknya sebuah perang, korban telah banyak berjatuhan. Cerita duka terjadi setiap hari di lini masa.

Dikutip dari kompas.com, pada tanggal 15 Agustus, terjadi penambahan 2.345 kasus baru sehingga total kasus Covid-19 se-Indonesia secara akumulasi berjumlah 137.468 orang dengan angka kematian secara akumulasi berjumlah 6.071 orang. Tetapi selalu ada harapan bagi mereka yang berjuang. Pada tanggal yang sama dilaporkan 1.703 orang sembuh, sehingga total penderita yang sembuh secara akumulasi telah berjumlah 91.321 orang.

Jadi bagaimana, apa kita sudah benar-benar merdeka?

Segala permenungan di atas pada akhirnya membawa saya pada satu kesimpulan. Saat ini, merdeka bukanlah sebuah status atau kondisi akhir. Merdeka adalah bagian dari sebuah proses panjang perjuangan yang terjadi terus menerus.

Proklamasi adalah kemerdekaan yang membuka kisah panjang perjuangan mencapai puluhan, ratusan dan ribuan kemerdekaan yang lain karena ancaman akan selalu datang dan kita akan selalu berjuang.

Sejarah telah membuktikan, sebagai bangsa dan negara kita berhasil mengatasi ancaman baik dari dalam dan luar negeri: ancaman penjajahan, agresi militer, disintegrasi dan sejumlah ancaman lain. Paling tidak, negara kita masih eksis sampai hari ini, setelah 75 tahun proklamasi.

Dengan semangat yang sama, kita percaya Covid-19 pun bisa kita taklukkan pada saatnya. Dengan besatu padu dan berjuang bersama-sama, tidak ada musuh yang tidak bisa kita kalahkan. Kata kuncinya adalah bersatu dan berjuang bersama-sama.

Akhirnya, mari merayakan Hari Ulang Tahun negara kita dengan penuh syukur. Mari selalu berjuang untuk kemajuan bangsa dan negara dengan cara kita masing-masing, tentu saja. Merdeka!


---


pertama kali tayang di kompasiana.com  

Ilustrasi gambar dari kompas.com

 

No comments

Powered by Blogger.