Header Ads

Pelajaran dari Blunder Cuitan Achmad Zaky




Mungkin Achmad Zaky tidak pernah menyangka cuitannya di twitter tentang dana Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) tanah air yang masih sangat minim bakal viral dan berbuntut panjang. Apalagi di cuitan itu ada frase “Presiden Baru” yang sangat sensitif pada waktu-waktu menjelang pilpres ini. Mungkin CEO Bukalapak ini tidak menyangka beberapa saat pasca cuitan itu jagat maya menjadi gaduh lalu sejumlah netizen ramai-ramai menghapus app Bukalapak dari gawai mereka seiring tagar #UninstallBukalapak yang menggema.


Kemungkinan lain juga bisa terjadi. Achmad Zaky memang sengaja memantik api untuk melihat bagaimana reaksi netizen, apakah lebih banyak yang setuju atau kontra dengannya.

Tapi yang manapun alasannya, Achmad Zaky sudah beraudiens dengan Presiden Jokowi selaku representasi pemerintah, untuk meminta maaf atas kekhilafannya pada cuitan tersebut. Presiden Jokowi pun tidak memperpanjang kasus tersebut dan meminta masyarakat agar tetap kondusif, tidak perlu sampai menghapus Bukalapak dan menginstal kembali aplikasi tersebut. Jokowi menguatkan pesannya dengan menekankan kehadiran Bukalapak sangat berarti karena banyak usaha-usaha kecil masyarakat yang terbantu dengan kehadiran toko daring tersebut.

Mulia sekali ya? Sampai-sampai tagar #JokowiOrangnyaBaik naik ke trending topic tanah air. Tapi menurut saya bapak Jokowi memang wajib jadi orang baik sih. Dia kan public figure dan pemimpin bangsa, jadi harus terus menunjukkan teladan-teladan yang positif kepada masyarakat. Apalagi dua bulan ke depan kita sudah mengadakan pilpres.

Tapi kita tidak akan membahas itu. Mari kembali ke fokus kita, CEO Bukalapak.

Sebenarnya blunder utama di cuitan kontroversial itu adalah sumber data yang digunakan sudah obsolete alias usang. Jika data yang digunakan valid dan aktual, malah cuitan tersebut bisa jadi sangat bergizi karena menjadi kritik mendasar atas kesungguhan pemerintah membangun industri teknologi informasi tanah air. Dengan demikian, mungkin netizen tidak akan merespon cuitannya segarang kemarin.

Kalau frase “Presiden Baru” itu masih bisa dijelaskan dengan sedikit ngeles. Siapapun yang terpilih, Jokowi atau Prabowo, dialah Presiden Baru, bukan? Seperti yang sudah diklarifikasi oleh Achmad Zaky sendiri beberapa saat setelah cuitan pertama menjadi viral. Tapi, sekali kata-kata sudah diumbar ke udara, sulit sekali untuk menariknya kembali. Ini pun terjadi pada Achmad Zaky dan Bukalapak. Buntut cuitan kontroversial tersebut, , rating Bukalapak di App Store turun dari 4,3 (per 15/2 sore) menjadi 3,0 (per 17/2 pagi. Sumber)

Ini akan menjadi pelajaran yang amat berharga bagi Achmad Zaky. Bagi kita yang lain, pelajaran yang bisa dipetik dari kasus ini saya rangkum ke dalam tiga point sebagai berikut:

1.       Bijak Bersosial Media. Ungkapan Jempolmu Harimau-mu berlaku untuk siapa saja tanpa kecuali, bahkan untuk seorang CEO fintech app sebesar Bukalapak. Malah seperti pohon yang semakin tinggi semakin diterpa angin besar, semakin tersohor seseorang, semakin banyak pula orang yang menyukai dan membenci orang tersebut. Di twitter sendiri, pengikut Achmad Zaky tidak kurang dari 41.500 akun. Jadi tidak heran Achmad Zaky benar-benar menjadi pusat perhatian sehingga kesalahan sekecil apapun dapat menjadi senjata yang digunakan untuk menjatuhkannya.
2.       Menggunakan Data yang Valid. Media sosial saat ini sudah jauh meninggalkan kesannya sebagai tempat melempar sampah atau tempat curhat belaka. Semakin banyak tokoh, perusahaan bahkan organisasi nirlaba yang menggunakan media sosial sebagai tempat untuk menegaskan eksistensi dan menjangkau masyarakat yang menjadi segmen pasarnya. Bahkan belakangan ini, media sosial semakin jadi referensi media konvensional. Oleh karena itu, saat mengunggah status yang menggunakan data, gunakanlah data yang valid dan aktual. Data yang benar sekalipun pahit dibaca, masih jauh lebih baik daripada data yang manis tapi tidak benar atau hoax.
3.       Hati-hati dengan Tema Politik. Yap, atmosfir dunia maya beberapa bulan terakhir menjelang pilpres ini menghangat karena topik atau tema politik sedang mendominasi pembicaraan. Hal-hal yang sebenarnya jauh dari politik pun ikut dikait-kaitkan dengan politik sehingga imbasnya meluas. Oleh karena itu mesti bijak dan hati-hati mengunggah status atau saling menanggapi karena netizen saat ini menjadi lebih sensitif. Seperti pada kasus Achmad Zaky, satu cuitan yang “agak” politis  akhirnya berimbas kemana-mana sampai pada bisnis yang dikelolanya. Sayang bukan?

Kesimpulannya, dengan bermedia sosial secara bijak, kita akan mengurangi potensi kegaduhan di linimasa. Apalagi jika anda memiliki banyak follower atau teman (yang belum tentu semua berpihak pada anda), kegaduhan-kegaduhan seperti ini bahkan bisa berimbas pada hal-hal di dunia nyata, seperti karir, bisnis dan keluarga. Ngeri bukan jika hal tersebut sampai terjadi? Jadi ingat sekali lagi, kawan, hati-hati dengan jempol kita, karena jempolmu harimaumu.



gambar dari https://www.moneysmart.id/ 


--- 

No comments

Powered by Blogger.