Header Ads

Etiskah Menanyakan Lokasi Orang yang Ditelepon?





Sebelum pikiran pembaca menggeliat kesana-kemari gara-gara judul artikel, baik kita simak dulu ilustrasi percakapan berikut. Percakapan via telepon ini terjadi antara bapak A dan B. Keduanya adalah rekan kerja di sebuah perusahaan.
A: “Halo, Pak. Bagaimana?”
B: “Halo, pak. Sekarang lagi dimana pak?”
A: “Saya lagi di…”
B: (menunggu)
A: “…bank, Pak. Bagaimana?”
B: “Ini, Pak. Saya mau konfirmasi, laporannya bu Mahesa. Apa sudah diterima, Pak?”
A: “Oh. Sudah. Sudah saya teruskan ke Pak Broto sejak dua hari lalu, hanya belum ada tanggapan. Tapi sebentar saya coba cek ke sekretarisnya pak Broto, ya.”
B: “Baik, pak. Soalnya ada laporan yang terkait dengan realisasi budget di divisi kami, pak.”
A: “Oke, oke. Sebentar sore yang kabari lagi, ya.”


Perhatikan kalimat yang saya kasih tebal. Kemudian kita lanjutkan dengan ilustrasi yang kedua. Ini percakapan telepon antara bapak C dan D. Bapak C adalah staf kredit di salah satu koperasi, sedangkan bapak D adalah anggota koperasi yang kebetulan berkawan akrab dengan bapak C.
C: “Halo, Pak. Bagaimana kabarnya?”
D: “Kabar baik, Pak. Bapak C lagi dimana nih?”
C: “Saya lagi di kantor, Pak.”
D: “Ah, ya, kebetulan.”
C: “Ada yang bisa dibantu, Pak?”
D: “Iya, Pak. Boleh minta tolong dicekkan saldo pinjaman saya? Soalnya sudah dua bulan ini saya selalu transfer via bank, jadi tidak pernah cetak buku lagi.”
C: “Oh, baik, Pak. Saya cek dulu, ya. 10 menit kemudian saya telepon kembali.”

---

Saya termasuk orang yang merasa risih ketika menerima telepon dari seseorang dan belum apa-apa si penelepon sudah bertanya “Pak, lagi dimana?” “Lagi dimana sekarang?” dan pertanyaan sejenisnya. Kalau kebetulan sedang on the way atau sedang berada di kantor seperti pada ilustrasi ke dua, mungkin menjawabnya mudah saja. Tapi kalau misalnya sedang berada di suatu tempat untuk urusan pribadi, atau kita sedang tidak ingin memberitahukan lokasi kita kepada orang lain, menjawab pertanyaan seperti itu jadi susah-susah gampang.

Kita jadi berpikir, mau jujur atau tidak ya? Mau menjawab pertanyaan si penelepon dengan pertanyaan lain seperti “Ada apa, ya?” dan sejenisnya, juga rasanya tidak enak. Pertanyaan kok dijawab pertanyaan lagi. Tapi kalau menjawab apa adanya, justru bisa membuat si penelepon terpikir untuk mengajukan pertanyaan lanjutan seperti “…lagi ngapain di situ?” dan seterusnya.
Yang tidak kalah membuat jengkel adalah saat kita sudah setengah mati mencari kata yang tepat untuk menjawab pertanyaannya, eh, ujung-ujungnya pembicaraan selanjutnya sebenarnya tidak terkait dengan keberadaan kita. Contohnya pada ilustrasi pertama di atas. Tanpa mengetahui lokasi bapak A sekalipun, tujuan bapak B menelepon sebenarnya tetap bisa tersampaikan, karena bapak B hanya menanyakan konfirmasi laporan.

Mungkin bagi sebagian orang, menanyakan lokasi saat menelepon itu biasa saja. Tapi bagi sebagian orang lagi, terutama untuk mereka yang sangat introvert, pertanyaan seperti itu bisa jadi mengusik ranah privat orang yang ditelepon.

Saya punya kiat sendiri untuk memastikan orang dapat menerima telepon kita tanpa terganggu, tanpa harus mengetahui keberadaan orang tersebut. Cara bertanya bisa disesuaikan agar lebih etis. Saya sendiri lebih memilih kalimat seperti ini “Saya tidak mengganggu, Pak?”, “Boleh ditelepon sekarang?”  atau “Boleh minta waktunya 5 menit? Saya ingin konfirmasi…”

Dengan cara bertanya seperti itu, orang yang ditelepon akan lebih menghargai panggilan kita. Kalau dia memang sedang sibuk atau tidak ingin diganggu, dia pasti akan mengatakan seperti ini “Bisa telepon kembali setengah jam lagi?” atau “Bisa ditelepon setelah makan siang?” atau “Maaf, Pak. Saya lagi ada meeting. Sebentar saya telepon kembali ya,” dan jawaban sejenis.

Alternatif lain, jika sebagai penelepon saya ingin menekankan informasi keberadaan orang yang ditelepon, saya lebih memilih menggunakan pertanyaan tertutup seperti “Pak, lagi di kantor ya?” Dengan demikian jawaban orang di seberang hanyalah ya atau tidak. Kalau orang yang ditelepon tidak sedang berada di kantor dan merasa perlu menjelaskan lebih lanjut keberadaannya, dia akan dengan senang hati memberitahukan kepada kita. Lain halnya kalau dia enggan menjelaskan lebih lanjut, dia pasti akan berhenti di kata tidak saja.

Kalaupun kita sebagai penelepon benar-benar membutuhkan informasi lokasi orang yang ditelepon dengan pertanyaan terbuka, jangan lupa tambahkan kata maaf sebagai tanda kita menghargai privasi mereka. Misalnya, “Maaf, Bu, boleh tahu lagi dimana sekarang?” Sama halnya dengan etika menanyakan nama via telepon.

Kesimpulannya kita sebaiknya selalu berusaha membuat orang yang ditelepon merasa nyaman, karena kita pun ingin merasa demikian saat menjawab telepon dari orang lain. (PG)


---

sudah ditayangkan terlebih dahulu di kompasiana.com dengan judul yang sama

gambar dari  https://leaside.info/

No comments

Powered by Blogger.