Empat Kiat Membangun Tabungan
Rasanya semua orang mengetahui manfaat menabung. Sejak kecil kita selalu dididik untuk membiasakan diri membangun tabungan. Selain untuk meningkatkan daya beli di masa yang akan datang, tabungan juga bisa menjadi sumber dana darurat jika sewaktu-waktu ada kebutuhan mendadak yang bisa mengganggu kestabilan arus kas kita.
Sayangnya, belum semua orang
sungguh-sungguh melakukan kebiasaan baik untuk membangun tabungan. Seringkali
kebiasaan atau komitmen menabung dihalangi oleh gaya hidup konsumtif sehingga
kurang mampu mengatur prioritas pengeluaran sehari-hari. Juga belum semua orang
membuat serta melaksanakan anggaran
belanja. Akibatnya gaji atau pendapatan hanya numpang lewat saja, kalaupun
singgah hanya sejenak, lalu pamit untuk buru-buru beranjak lagi.
Membangun tabungan memang
susah-susah gampang. Bukan pertama kali masalah besar kecilnya pendapatan, tapi
masalah mindset atau pola pikir.
Masalahnya saat ini kita hidup di tengah lautan iklan dalam berbagai rupa
sehingga seringkali godaan untuk menghabiskan uang lebih besar dari godaan
untuk menyelamatkan uang kita.
Ada beberapa kiat sederhana
yang bisa kita lakukan untuk membantu kita membangun kebiasaan menabung.
Mindset Dan Komitmen
Kebiasaan baik lahir dari perbuatan yang baik, dan
perbuatan baik lahir dari pikiran yang baik. Jadi hal paling pertama yang harus
dilakukan adalah menanamkan ide mengenai pentingnya memiliki tabungan di kepala
kita. Biarkan ide ini terpatri dalam-dalam di situ sehingga menjadi dasar
pengambilan keputusan-keputusan keuangan kita selanjutnya. Setelah itu buatlah
komitmen untuk benar-benar menyisihkan pendapatan guna membangun tabungan.
Misalnya setiap bulan menabung 10% dari pendapatan atau langsung mematok jumlah
tertentu secara tetap setiap bulannya. Jadi menabung adalah prioritas, bukan
menunggu sisa dari pengeluaran-pengeluaran yang lain.
Menentukan
tujuan keuangan
Hal lain yang bisa dilakukan untuk membantu mengarahkan
kita membangun tabungan adalah menentukan tujuan keuangan terlebih dahulu.
Tujuan keuangan bisa dipetakan menjadi tujuan keuangan jangka panjang (di atas
3 tahun), tujuan keuangan jangka menengah (1-3 tahun) dan tujuan keuangan
jangka pendek (satu tahun ke bawah).
Tabungan pensiun misalnya, bisa dikategorikan sebagai tujuan
keuangan jangka panjang. Tabungan untuk dana pendidikan atau down payment KPR bisa dikategorikan
sebagai tujuan keuangan jangka menengah. Sedangkan tabungan untuk hari raya
bisa dikategorikan sebagai tujuan keuangan jangka pendek.
Idealnya kita memiliki tabungan untuk setiap tujuan
keuangan. Namun jika pendapatan kecil, kita bisa mengatur strategi
mengalokasikan tabungan secara bertahap.
Misalnya saat baru mulai bekerja dan belum memiliki
kendaraan sendiri, sebaiknya alokasi tabungan diprioritaskan untuk down payment kredit kendaraan. Setelah
itu alokasi tabungan selanjutnya diprioritaskan untuk down payment KPR atau persiapan dana pernikahan. Begitu pula untuk
kebutuhan yang lain, kelahiran anak, biaya pendidikan, naik haji, umrah dan
lain-lain. Dengan demikian penyisihan pendapatan untuk tabungan lebih terarah
untuk memenuhi tujuan keuangan pada setiap tahap kehidupan.
Hidup
Hemat
Strategi menyisihkan pendapatan harus didukung pula oleh
gaya hidup hemat.. Gaya hidup hemat bisa mulai dengan hal-hal kecil seperti:
membawa bekal dari rumah ke tempat kerja agar mengurangi uang makan di luar, menggunakan
peralatan listrik hemat energi, berjalan kaki ke tujuan yang dekat dibanding
berkendara, mengurangi kebiasaan kurang baik (rokok, alkohol) dan lain-lain.
Jika memiliki pekarangan/lahan yang memungkinkan, kita juga menekan biaya hidup
dengan bercocok tanam kebutuhan dapur sehari-hari seperti cabe, tomat dan
sayuran. Setiap rupiah yang berhasil kita hemat dapat dialokasikan untuk tambahan
pos tabungan
Pendapatan
Tambahan
Strategi lain selain menekan biaya atau pengeluaran adalah
meningkatkan arus kas dengan memiliki sumber pendapatan tambahan. Pendapatan
tambahan ini bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana sesuai dengan
keterampilan atau hobi kita. Misalnya menjadi guru les/privat, jualan tiket
atau pulsa, berdagang ikan hias, menulis buku dan lain-lain. Dengan penambahan pendapatan,
dana yang dialokasikan untuk tabungan juga lebih besar.
Dalam neraca keuangan pribadi, tabungan termasuk dalam kolom aktiva atau kekayaan. Namun berbeda dengan investasi, tabungan ini rentan tergerus nilainya oleh inflasi atau potongan (biaya admin) dari pihak penyedia jasa penyimpan tabungan. Oleh karena itu kita mesti memperlakukan tabungan kita seperti merawat sebuah pohon. Pohon yang diberi cukup air serta pupuk mulai dari bibit akan menghasilkan buah yang baik saat waktu berbuah tiba. Begitu pula tabungan kita. (PG)
---
Ilustrasi gambar dari pixabay.com
Pertama kali tayang di kompasiana.com
Post a Comment