Mutasi Bukan Satu-satunya Solusi
Dalam tim selalu ada orang yang berada di urutan
belakang. Saat tim dituntut untuk berlari kencang mengejar target demi target perusahaan,
orang seperti ini yang selalu membuat tim berlari pincang. Ciri-ciri mereka
cukup mudah diidentifikasi. Antara lain: suka mengeluh, kurang disiplin, tidak
suka mendapat tambahan job, sukar
bekerja mandiri, tidak kreatif, minim prestasi, dan etos kerja rendah. Tidak
bisa dipungkiri, motivasi kerja itu memiliki siklusnya sendiri. Siapapun bisa
mengalami demotivasi apalagi saat berhadapan dengan tekanan dan tuntutan
pekerjaan yang datang silih berganti, menguras konsentrasi dan pemikiran. Namun
orang seperti ini demotivasinya berkepanjangan dan levelnya sudah siaga satu, sehingga
jika terus dipelihara bisa mengancam keberlangsungan tim secara keseluruhan.
Saat manajer mendiagnosa orang-orang seperti
ini, muncullah sekian penyebab masalah. Beberapa penyebab kinerja mereka yang
buruk antara lain:
1.
Tidak mampu beradaptasi dengan
budaya kerja organisasi
2.
Tidak memiliki kapasitas yang
memadai
3.
Tidak puas dengan sistem
kompensasi yang diterapkan organisasi
4.
Tidak merasa diterima dalam tim
5.
Persaingan tidak sehat tim dan lain-lain.
Itu belum termasuk masalah-masalah yang
berhubungan dengan pribadi atau karakter mereka. seperti ada masalah keluarga, malas
bekerja dan lain-lain. Penyebab seperti ini pun seringkali sulit terdeteksi,
kecuali yang bersangkutan mau jujur kepada atasannya. Oleh karena itu biasa
yang muncul di permukaan adalah masalah-masalah legal formal saja, masalah yang
berhubungan dengan sistem kerja, sistem kompensasi dan struktur manajemen.
Akibatnya bisa salah diagnosa.
Sehingga saat mencari solusi, seringkali
pikiran yang paling pertama melintas di kepala para manajer tim adalah
mengutak-atik struktur manajemen tim mereka. Mutasi pun dilakukan. Apakah itu
mutasi posisi dalam tim, mutasi antar divisi, atau mungkin demosi. Harapannya,
pada lingkungan kerja dan beban kerja baru (yang mungkin lebih ringan) “mudah-mudahan”
mereka bisa bekerja dengan lebih baik.
Lalu evaluasi dilakukan kembali. Jika langkah
yang diambil sudah tepat, mestinya kinerja orang-orang ini meningkat,
prestasinya mulai kelihatan dan performa tim pun meningkat. Tapi bagaimana jika
ternyata masalah orang-orang ini juga tidak kunjung selesai, malah membawa
masalah baru pada lingkungan kerja mereka yang baru? Artinya yang bermasalah
bukan semata strutur manajemennya melainkan person-nya
yang harus diperbaiki.
Untuk masalah yang penyebabnya benar-benar
bersifat pribadi mungkin tidak bisa 100% diselesaikan oleh perusahaan, karena
menyangkut hubungan pribadi karyawan yang bersangkutan dengan orang-orang di
luar perusahaan. Namun untuk masalah karakter, sebenarnya ada sejumlah cara
yang bisa ditempuh perusahaan. Ikutkan karyawan yang bersangkutan pada
kegiatan-kegiatan yang bersifat mengembangkan kepribadian, seperti misalnya:
Seminar mengenai etos kerja, kegiatan outbond
yang bersifat team building, training kepemimpinan, retret
keagamaan, dan kegiatan-kegiatan sejenis. Akan lebih efektif kalau perusahaan menyelenggarakan
program-program seperti ini secara rutin karena perusahaanlah yang memahami
budaya kerja dan kebutuhan organisasi yang dituntut dari yang bersangkutan.
Sesekali juga bisa menggunakan jasa pihak ke tiga yang lebih independen
misalnya psikolog, untuk memberi konseling kepada karyawan-karyawan bermasalah
ini. Diharapkan dengan cara demikian mereka lebih terbuka terhadap
permasalahannya.
Dari sisi manajemen sendiri, mungkin tidak ada
salahnya mereview kembali sistem kompensasi, policy, manual operational
atau sistem reward and punishment yang diterapkan perusahaan. Apakah masih
relevan atau sudah perlu di-update
lagi untuk menjawab permasalahan-permasalahan terbaru yang dihadapi organisasi.
Jika segala upaya telah dikerahkan, dan
hasilnya masih nihil. Mungkin sekarang saatnya manajer tim mempertimbangkan
kembali keberadaan orang-orang ini dalam organisasi. Jika memang harus, lebih
baik perusahaan mengambil resiko. Memutuskan hubungan kerja dengan karyawan tersebut
dan merekrut karyawan baru. Memang akan muncul konsekuensi waktu, biaya dan
sumber daya yang dipakai untuk menggembleng orang baru ini. Namun bisa jadi itu
harga yang lebih pantas dibayar dibanding menghabiskan energi untuk mengurusi
masalah-masalah akibat orang lama yang tidak produktif.
Selamat berkarya. (PG)
____________________________
ilustrasi gambar dari:
Post a Comment