Ini Dia Penyebab Ibu-ibu Sein Kiri Belok Kanan
Dua tahun yang lalu saya bersama teman-teman kantor mengikuti rekoleksi yang bertema relasi inter-personal. Salah satu materinya adalah perbedaan emosi dan perilaku laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi perbedaan struktur otak keduanya. Bagaimana hubungannya dengan judul artikel ini? Yuk, simak terus tulisannya.
Pertumbuhan struktur otak anak laki-laki dan perempuan
berbeda satu sama lain. Otak kiri anak laki-laki berkembang lebih dahulu. Oleh
karena itu laki-laki cenderung menggunakan otak kirinya dalam menyelesaikan
masalah. Otak kiri membentuk sikap rasional, runtut, hubungan sebab-akibat dan
hal-hal logis lainnya.
Hal ini membuat laki-laki cenderung menjadi pribadi yang
pragmatis. Dalam melakukan sesuatu hasil atau goal lebih penting daripada prosesnya. Lobus parietal laki-laki sedikit
lebih besar dari perempuan. Lobus parietal adalah bagian otak yang
bertanggungjawab untuk berpikir matematis. Oleh karena itu laki-laki biasanya lebih
berpikir matematis dari perempuan.
Begitu pula untuk urusan fokus, laki-laki lebih unggul dari
perempuan. Ini membuat laki-laki lebih sesuai untuk profesi yang membutuhkan
fokus tinggi serta analisis matematis seperti seperti pilot, mekanik, desainer bangunan
dan lain-lain.
Sayangnya, untuk urusan multitasking
laki-laki kalah dari perempuan. Laki-laki hanya bisa fokus pada satu aktivitas
dalam satu waktu. Jadi jangan heran saat lagi asyik menonton TV misalnya,
laki-laki “nampak” tidak peduli pada keadaan di sekitarnya. Anak menangis,
istri sedang mengajak ngobrol, jemuran
kehujanan dan lain-lain. Ini bukan karena tidak peduli, tapi untuk berpindah
fokus laki-laki membutuhkan usaha ekstra. Untuk mendengarkan obrolan istri, dia
harus mematikan fokus pada acara TV lebih dahulu sebelum menghidupkan fokus pada
kata-kata sang istri.
Berbeda dengan laki-laki, otak kiri dan kanan perempuan
berkembang dengan kecepatan yang sama. Jadi otak kiri dan kanan sama dominasinya.
Selain itu, corpus callosum, atau bagian
otak yang menghubungkan otak kiri dan kanan milik perempuan lebih tebal,
sehingga proses difus atau pertukaran informasi antara otak kiri dan kanan
perempuan juga lebih baik daripada laki-laki. Jadi tidak heran, untuk kemampuan
multitasking perempuan jauh lebih
unggul.
Sambil memasak, perempuan bisa tetap membalas chat demi chat bahkan bisa sambil tetap menyimak berita infotainment. Saat
lagi membersihkan halaman sambil ngobrol dengan tentangga, ibu-ibu bisa
langsung mengingatkan anak yang akan berangkat sekolah untuk membawa
prakaryanya. Oleh karena itu perempuan sangat sesuai untuk profesi yang
membutuhkan penanganan pekerjaan multitasking
seperti misalnya sekretaris.
Selain itu, perempuan dapat mengingat dan memproses banyak
informasi secara bersamaan, namun membutuhkan waktu yang lebih lama (juga
kata-kata yang lebih banyak) untuk mengungkapkan hasil pemrosesan informasinya.
Jadi tidak usah heran perempuan cenderung lebih suka mengobrol panjang bahkan
bisa sampai ngalor ngidul saat
membahas suatu topik, berbeda dengan laki-laki yang cenderung to the point.
Sayangnya, walau jago untuk urusan multitasking, untuk urusan fokus, perempuan harus berusaha lebih keras
lagi. Mungkin ini salah satu “konsekuensi” dari kemampuan multitasking tadi. Karena kuantitas pekerjaan yang bisa dilakoni
lebih banyak, maka fokusnya terbagi-bagi, sehingga kualitas fokus pada satu hal
jadi lebih rendah.
Nah, sekarang kita jadi mengerti penyebab
perbedaan-perbedaan perilaku laki-laki dan perempuan dalam bereaksi terhadap segala
hal di sekitarnya.
Jika manajer laki-laki, pemecahan masalah biasa runtut dan
pragmatis. Sedangkan jika manajernya perempuan proses pemecahan masalahnya bisa
lebih panjang karena banyak hal yang dipertimbangkan. Jika mencari benda-benda
kecil yang ketinggalan atau terselip, perempuan jauh lebih bisa diandalkan
karena saat mencari fokus matanya bisa tertuju ke banyak titik, sedangkan
laki-laki jika mencari hanya fokus ke satu titik. Saat membutuhkan sesuatu, suami
akan berbicara secara lugas dan apa adanya, sedangkan istri biasa bicara berputar-putar
dulu kesana kemari, sehingga suami harus jeli.
Saat berkendara laki-laki lebih fokus pada perjalanan, jalan
raya dan segala rambu-rambu jalan, sedangkan perempuan sambil nyetir bisa saja mengingat-ingat hal
lain, kompor di rumah, teman baru saja putus, toko favorit masih tutup dan
banyak hal lain. Jadi tidak usah heran kalau kadang pilihan lampu sein tidak
sinkron dengan arah kendaraan. Jari menyalakan lampu sein kiri tapi
kendaraannya masih jalan lurus, atau yang terjadi bisa lebih parah, sein kiri
tapi belok ke kanan. (PG)
Ilustrasi gambar oleh Trinity Elektroller dari pixabay.com
Pertama kali tayang di Kompasiana
Bermanfaat
ReplyDelete