"To The Bone" yang Menggigit Sampai ke Tulang
Have I ever told you
I want you to the Bone?
Have I ever called you
When you are all alone?
Familiar dengan lirik lagu tersebut? Ya, ini adalah penggalan lagu To The Bone yang sekarang sedang hype dan banyak dibicarakan oleh penikmat musik.
Saat pertama kali mendengar
To The Bone, saya langsung menduga ini lagu barat, terutama karena lirik
Inggris dan ada sentuhan-sentuhan folk di dalam lagunya. Tapi setelah mengulik
lagunya lebih jauh, jadi tahu ternyata lagu keren ini adalah karya anak negeri.
Wah, tambah jatuh hati lagi sama lagunya.
Saat ini video lagu yang
ditulis dan dinyanyikan oleh Pamungkas tersebut sudah dinonton lebih dari 79
juta kali di aplikasi Youtube. Memang videonya sudah rilis lebih dari setahun,
tapi untuk pencapaian penonton sebuah video musik, statistik itu tetap sebuah
prestasi.
Kabar baik lainnya datang
dari Spotify, salah satu platform streaming musik. Lagu To the Bone berhasil menorehkan rekor baru
sebagai lagu lokal yang menjuarai tangga lagu Indonesia top 50 dan bertahan
selama 7 minggu berturut-turut. Rekor ini mengalahkan rekor sebelumnya yang
ditorehkan oleh lagu Lathi yang berada di tangga lagu Indonesia top 50 selama
6 minggu berturut-turut.
Lagu ini juga masuk ke playlist
lagu viral global. Artinya To the Bone pun mendapat tempat di hati pendengar musik dari luar negeri
Selain itu, lagu ini
banyak di-cover oleh musisi-musisi tanah air sampai mancanegara,
termasuk Youtuber Emma Heesters yang memang kerap melakukan cover
lagu-lagu Indonesia yang sedang viral. Saat ini lagu To The Bone di kanal
Youtube-nya sudah dinonton lebih dari 1,7 juta kali sejak diunggah 3 minggu lalu.
Oke, cukup sudah ulasannya tentang prestasi lagu To the Bone
yang fenomenal. Sekarang kita akan mengulas isi lagunya lebih
jauh. Apa sih yang membuat To the Bone terasa menggigit sampai
ke tulang?
Sampai ke Tulang
Judulnya saja sudah
memikat, bukan? To the Bone, alias sampai ke tulang. Setelah memutar
lagunya beberapa kali, jiwa lagunya juga semakin kuat terasa didukung oleh kombinasi
lirik dan musik yang pas.
Kesan mendalam bagi saya ada
di bagian bridge lagu ini
Of all the ones that begged to stay
I'm still longing for you
Of all the ones that cried their way
I'm still waiting on you
Maybe we seek for something that
We couldn't ever have
Maybe we choose the only love
We know we won't accept
Pada wawancara di salah satu stasiun TV swasta, Pamungkas mengungkap makna lagu To the Bone
adalah tentang totalitas dari perasaan cinta. To the Bone adalah lagu tentang
orang yang bersedia melakukan apapun untuk orang yang dicintainya.
Tentu saja yang diungkapkan Pamungkas itu adalah interpretasi versi
pencipta lagunya. Tapi seperti karya seni lainnya, setelah sebuah lagu diperkenalkan kepada dunia, interpretasi sepenuhnya menjadi milik para
pendengarnya.
Saya sendiri selain menangkap perasaan cinta yang mendalam dari lagu ini,
juga menangkap nuansa nelangsa di sana. Tone, beat dan
melodi-melodi lagu semakin memperkuat kesan tersebut, terutama setelah kita
sampai pada bagian ini,
Or maybe we're taking all the risks
For somethin' that is real
'Cause maybe the greatest love of all
Is who the eyes can't see, yeah
Mungkin cinta paling besar adalah cinta untuk orang yang tidak dilihat.
Makna kalimat ini kuat sekali. Bisa jadi perasaan cinta yang tidak bisa
memiliki, atau bisa juga berarti kerinduan yang begitu dalam.
Bukankah dalam cinta, bahagia dan sedih memang seperti dua sisi mata uang
logam? Keduanya memang berbeda, tapi tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Nah, betul kan? Semakin sering didengar, kita semakin larut dalam lagu ini.
Pamungkas, Sang Musisi
Kesuksesan To the Bone
tidak bisa dipisahkan dari tangan dingin Rizki Pamungkas, atau lebih dikenal
dengan Pamungkas, sang musisi. Bagi yang masih asing dengan penyanyi dan
karya-karya musisi yang satu ini, coba dengar lagu Kenangan Manis atau Love
You But Letting You Go yang telah lebih dulu mencuri hati penikmat musik.
Ada benang merah yang menghubungkan lagu-lagu karya pria kelahiran Jakarta, 28 tahun yang lalu ini.
Musik-musiknya cenderung chill,
kaya sentuhan klasik tapi tetap kontemporer. Pamungkas memang
mengakui banyak mendapat influence dalam bermusik
dari grup
musik legend asal Inggris, The Beatles.
Totalitas Pamungkas dalam
bermusik tidak perlu diragukan lagi. Kecintaannya terhadap dunia musik sudah
muncul sejak kecil. Sampai pendidikan SMA harus dilakoni lewat home schooling sebagai jalan
tengah, antara dia yang ingin berhenti sekolah karena ingin serius bermusik dan
orang tua yang ngotot Pamungkas tetap harus menjalani pendidikan. Biaya home
schooling pun dibayar
sendiri dari hasil manggung, karena saat itu Pamungkas telah memiliki
pendapatan sendiri dari bermusik.
Kembali ke topik, walaupun
baru banyak diperbincangkan akhir-akhir ini, Lagu To the Bone sendiri
adalah salah satu lagu dalam album Flying Solo yang dirilis tahun 2019.
Pamungkas baru saja merilis album terbaru bertajuk Solopsism 0.2. Album ini merupakan versi rework (pengerjaan ulang) dari album Solopsism yang rilis tahun lalu. Mudah-mudahan lagu-lagu dalam album ini kembali mendapat tempat di hati penikmat musik, baik di tanah air maupun mancanegara. (PG)
---
pertama kali tayang di kompasiana.com
ilustrasi gambar dari tangkap layar akun Youtuber Pamungkas
Post a Comment