Mangkuskah Tombol Quote Tweet Mengurangi Penyebaran Hoaks?
Biasanya jika kita akan melakukan retweet atau twit ulang sebuah kicauan di media sosial Twitter, maka akan muncul dua pilihan yaitu retweet dan quote tweet. Memilih retweet berarti kicauan akan langsung dikicaukan ulang tanpa embel-embel, sedangkan jika memilih quote tweet berarti kita membuat tweet dari dalam pikiran sendiri sembari melampirkan tweet yang kita pilih tersebut. Jadi quote tweet ini mirip seperti kita sedang mengirimkan tautan berita ke linimasa.
Sejak minggu lalu tombol retweet (secara langsung)
dinonaktifkan pihak twitter. Jadi begitu kita menekan tombol retweet di
bawah kicauan akun yang kita ikuti, tidak ada lagi pilihan seperti pemaparan di
atas, tetapi kita langsung diarahkan pada fitur quote tweet. Memang ketidakhadiran
tombol retweet ini masih bisa diakali dengan mengosongkan komentar pada quote
tweet, tampilannya di linimasa tetap sama dengan retweet seperti biasa.
Tapi pertanyaannya, buat apa twitter mengutak-atik fitur
ini jika ujung-ujungnya fitur quote tweet masih bisa diakali agar
berfungsi sama dengan retweet biasa?
Kompas Tekno menurunkan berita kalau perubahan fitur ini
hanya bersifat sementara menjelang Pilpres di negeri Paman Sam yang akan dihelat
pada tanggal 3 November mendatang. Gunanya untuk mengendalikan penyebaran twit
berisi informasi-informasi yang tidak benar. Dengan mengarahkan pengguna pada
fitur quote tweet setiap kali pengguna menekan tombol retweet,
mereka diminta untuk memberi pandangan atau opini sendiri terhadap sebuah kicauan.
Dengan demikian pengguna dapat sejenak memikirkan kembali apa yang akan mereka
kicaukan, alih-alih melakukan retweet secara langsung seperti biasa.
(kompas.tekno)
Mari mengingat-ingat kembali atmosfir jagat twitter di
negara kita menjelang Pilpres tahun lalu yang panas dan penuh gejolak. Kicauan-kicauan
yang bersifat framing dan tidak sedikit yang bersifat hoaks
berseliweran di linimasa. Bisa jadi demikian pula yang saat ini sedang
berlangsung di Amerika Serikat. Twitter sampai-sampai turun tangan mengubah
fitur aplikasi guna menekan potensi penyebaran hoaks atau informasi yang tidak
benar.
Pertanyaan lanjutannya adalah seberapa mangkus kiat ini?
Untuk pengguna yang cenderung lebih “steril” dari circle
politik, ketidakhadiran tombol retweet ini bisa saja mangkus, karena mereka
akan berpikir lebih dulu atau menambahkan perspektif terhadap sebuah kicauan
sebelum mengicaukannya. Tapi beranjak dari pengalaman selama ini, pengguna-pengguna
lain yang sejak awal memang berniat mengekskalasi sebuah tweet lewat retweet
tanpa komentar tetap akan bisa melakukannya dengan mudah. Jadi hemat saya
terobosan twitter ini tidak akan berdampak banyak, apalagi jika typical
pengguna twitter di negari Paman Sam sana serupa dengan pengguna twitter di
tanah air.
Kecuali jika ada skenario lain yang sedang dijalankan pihak
twitter, misalnya dengan tombol quote tweet, secara algoritma lebih
memudahkan twitter memantau pola penyebaran tweet demi tweet
khususnya yang berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti hoaks. Bisa jadi,
bukan?
Kita tunggu kelanjutan ceritanya.
pertama kali tayang di kompasiana.com
Ilustrasi gambar dari kompas.com
Wow, this paragraph is good, my sister is analyzing these things, thus I am going to let know her.
ReplyDeleteHello, i read your blog from time to time and i own a similar one and i was just wondering if you get a lot of spam feedback? If so how do you reduce it, any plugin or anything you can recommend? I get so much lately it's driving me mad so any support is very much appreciated.
ReplyDeleteThank you for reading my blog. I wish i can help you, but i do not use special plugin to reduce spam feedback.
Delete