Kiat Membangun "Chemistry" dengan Lawan Bicara
Sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk selalu berkomunikasi
dengan orang lain, baik orang-orang yang telah kita kenal sebelumnya maupun
orang-orang yang baru kita temui.
Mungkin tidak akan banyak masalah dalam komunikasi dengan orang
yang telah kita kenal dengan baik. Kita telah saling mengenal, sehingga
memahami karakter satu sama lain. Namun bagaimana membangun komunikasi dengan orang baru yang
belum kita kenal sama sekali? Terhadap mereka, tentu cara berkomunikasi kita
akan berbeda.
Dalam hidup sehari-hari, kita sering berjumpa dengan banyak
orang baru. Ini bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Saat kita mengikuti
seminar atau pelatihan, menghadiri pernikahan keluarga, saat menunggu keberangkatan
di bandara atau stasiun atau saat memiliki tetangga baru. Peluang bertemu orang
yang tak kita kenal sebelumnya terbuka lebar di depan mata.
Saat ini terjadi, kita akan memulai percakapan perdana
dengan mereka. Tapi kadang percakapan tersebut tidak berjalan dengan baik atau
tidak menimbulkan kesan karena berbagai alasan. Misalnya, anda maupun lawan
bicara memang sedang tidak ingin terganggu dengan percakapan tersebut, sedang
terburu-buru atau sedang mengerjakan sesuatu yang lebih penting.
Namun bisa juga terjadi percakapan tersebut menjadi hambar karena
anda maupun lawan bicara kurang mampu membangun komunikasi yang baik.
Padahal jika berjalan dengan baik, percakapan perdana ini
dapat berujung pada manfaat untuk anda, maupun lawan bicara. Paling tidak anda
bisa menambah jejaring perkawanan. Ini bisa membuka sejumlah peluang
berikutnya. Mitra bisnis, customer
baru, atau sebaliknya, anda yang membutuhkan produk yang dimilikinya. Kemudian
manfaat berikut, bertemu orang baru dan percakapan baru berarti anda bisa
menambah wawasan tentang hal-hal yang mungkin tidak anda ketahui sebelumnya.
Dengan demikian, ada baiknya kita mengetahui beberapa
keterampilan membangun “chemistry” dengan
lawan bicara. Chemistry secara
harafiah berarti reaksi kimia. Namun belakangan, istilah ini digunakan untuk
menyatakan kedekatan atau keintiman antara dua orang dalam konteks relasi
sosial. Chemistry dalam pembicaraan sebenarnya
dapat dimunculkan melalui hal-hal kecil, namun seringkali kita melalaikannya.
Padahal jika chemistry sudah
terbangun, pembicaraan yang tadinya sekedar basa-basi saja dapat berlanjut
menjadi lebih intens dan berujung pada manfaat-manfaat yang sudah saya sebutkan
sebelumnya.
Berikut beberapa kiat sederhana membangun chemistry dengan lawan bicara:
Kontak Mata
Mata adalah jendela hati. Apa yang sedang kita pikirkan atau
rasakan akan terpancar dari sinar mata kita. Dalam percakapan verbal, mata
adalah objek pertama yang kita pandang saat membaca body language seseorang. Menjaga kontak mata menimbulkan kesan
bahwa kita tertarik dengan pembicaraan lawan bicara dan menganggap lawan bicara
orang yang penting. Memang tidak perlu juga dilakukan non-stop selama
pembicaraan terjadi. Menatap mata lawan bicara lama-lama malah bisa menimbulkan
kesan menantang. Sesekali kita bisa memberi jeda kontak mata, dengan memandang
ke arah lain, lalu kembali memandang mata lawan bicara kita.
Senyum
Senyum adalah bahasa universal yang dapat dimengerti semua
orang. Bahkan tanpa berbicara satu kata pun, senyuman kepada seseorang (apalagi
orang baru) sudah memberi isyarat bahwa kita terbuka dan menghargai mereka.
Tersenyumlah beberapa kali dalam percakapan, pada bagian percakapan yang sesuai
tentunya. Jangan tersenyum pada saat dia sedang menceritakan hal-hal yang
sedih. Namun jangan pelit, jika memang sudah waktunya anda berbagi senyuman. Selain
mencairkan percakapan, senyum juga dapat melancarkan aliran darah kita.
Mengingat Nama Lawan
Bicara
Untuk membantu kita mengingat nama orang yang baru saja dikenal,
kita dapat menyebut namanya beberapa kali sepanjang percakapan. Misalnya, “…Wah,
tidak banyak orang yang mau bergiat dalam bidang itu, Bu. Sudah berapa lama sebenarnya
Bu Vonny menjadi pekerja sosial?” atau “…Kebetulan saya juga seorang penulis,
pak Daniel.” Secara emosional, lawan bicara akan merasa kita menganggap mereka
penting jika kita tidak begitu saja melupakan nama mereka. Pegawai-pegawai perusahaan
yang bergerak pada bidang public service
seperti penerbangan atau perbankan, juga dituntut untuk menunjukkan pelayanan
prima dengan sedapat mungkin menyebut nama customer
saat melayani mereka. Sekali lagi ucapkan nama lawan bicara di akhir percakapan,
terutama jika akan ada tindak lanjut dari percakapan tersebut.
Tunjukkan Perhatian
Tantangan terbesar dalam membina hubungan interpersonal belakangan
ini adalah kita cenderung lebih memperhatikan notifikasi sosmed di gawai kita,
dibanding memberi perhatian lawan bicara di hadapan kita. Memang, lama kelamaan,
masyarakat seperti sudah mulai maklum dengan budaya tersebut. Padahal, untuk
membangun kualitas sebuah percakapan, sebaiknya kita sungguh-sungguh memberi
perhatian pada lawan bicara kita. Salah satu caranya adalah jangan mengalihkan
pembicaraan hanya karena SMS, pesan dan notifikasi sosmed, kecuali kita memang
sedang menunggu pesan maha penting. Cara lain menunjukkan perhatian adalah mencermati
ucapan lawan bicara dan menanggapinya.
Tunjukkan ketertarikan kita pada hal-hal yang baru kita dengar, atau hal-hal
yang mereka sukai. Jangan menyela pembicaraan dan jangan menimbulkan kesan kita
meremehkan pembicaraannya. Oleh karena itu, kita membutuhkan satu keterampilan
lagi.
Mendengarkan
Ya, mendengarkan. Walaupun kelihatannya mudah, butuh upaya
khusus untuk melakukannya. Orang-orang lebih suka didengarkan dari pada
mendengarkan, padahal kita diberi dua telingan dan (hanya) satu mulut. Mendengarkan
dalam konteks kita ini, bukan berarti menjadi pendengar pasif, melainkan
menjadi pendengar yang aktif. Kita juga diizinkan untuk mengemukakan pendapat
kepada lawan bicara, namun proses itu dalam komunikasi hanya akan berlangsung
efektif jika kedua belah pihak menjadi pendengar yang baik. Mendengarkan
artinya mengabaikan suara-suara pengganggu yang sering mendengung di kepala
kita, seperti hardikan bos di kantor delapan jam lalu, kesan-kesan jelek kita
terhadap lawan bicara, dan lain-lain. Mendengarkan juga artinya mencerna setiap
kata yang diucapkan lawan bicara, kemudian mencari kata-kata kunci dalam ucapannya
yang bisa digunakan untuk membawa pembicaraan melangkah lebih jauh. Dengan
menjadi pendengar yang baik kita terhindar dari kesalahan seperti mengambil
kesimpulan atau asumsi tidak tepat yang dapat mengganggu jalannya pembicaraan. (PG)
_____
Pertama kali ditayangkan di kompasiana.com
Ilustrasi gambar dari: huffingtonpost.com
keren mas
ReplyDelete:) Makasih bang Boris. Salam
Delete