Mengenali POP yang bisa mengubah Keputusan Belanja Kita
Salah satu strategi mengelola arus kas dengan baik adalah memastikan semua belanja berjalan sesuai kebutuhan dan perencanaan. Orang-orang yang sudah terbiasa dengan perencanaan belanja mungkin tidak akan menemui banyak kesulitan dalam hal ini. Tapi tidak sedikit pula orang yang kesulitan mengontrol belanja yang dilakukannya.
Pada beberapa kali sesi pelatihan Financial Literacy yang kami lakukan, peserta dengan gaya curhat biasa
berkata kepada fasilitator, bahwa sebelum masuk ke pasar atau toko memang
perencanaan belanja sudah dilakukan. Tapi realisasi yang terjadi seringkali
tidak sesuai perencanaan. Pada daftar belanja ada 10 item belanja, tapi begitu
keluar dari toko yang dibawa pulang jadi 13 item. Perencanaan pun buyar di
tempat belanja.
Mungkin salah satu penyebab masalah seperti itu adalah
kecanggihan salah satu perangkat marketing bertajuk POP (Point of Purchase) atau jika diterjemahkan langsung berarti
titik-titik penjualan. POP adalah salah satu jurus yang digunakan saat
penjualan langsung berbentuk iklan dengan memanfaatkan display produk dan space
dalam department store atau toko yang
dapat menarik perhatian dan menggugah semangat pengunjung untuk melakukan
pembelian produk. POP memanfaatkan setiap sudut dari toko semaksimal mungkin
untuk mengalihkan perhatian pembeli. Oleh karena itu POP merupakan bagian
penting dari space management sebuah departmens store.
Penelitian yang dilakukan oleh POPAI (Point of Purchase
Advertising Institute) pada tahun 2012, membuktikan bahwa 76% pembelian yang
dilakukan di dalam toko adalah pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya (unplanned buying). Keputusan pembelian
itu terjadi saat pembeli berada di dalam toko. Persentase unplanned buying ini meningkat dari penelitian yang dilakukan pada
tahun 1995 yang hanya sebesar 70%. Sehingga
dengan penerapan POP yang tepat dari pemilik toko atau produsen, kemungkinan
terjadinya pembelian semakin tinggi pula.
Nah, tidak ada salahnya kita mengenal beberapa contoh POP yang
biasa dihadirkan di toko atau supermarket langganan kita. Sebenarnya kita sudah
sangat familiar dengan kehadiran mereka, hanya saja kita mungkin belum tersadar
benar bahwa iklan-iklan tersebut cukup mempengaruhi psikologi calon pembeli.
1. Hanging mobile. Display
berbentuk plastik atau karton yang dipasang pada plafon toko. Biasanya bisa
berputar bila tertiup angin. Tempatnya yang mudah terjangkau pandangan mata
disertai tampilan yang eye catching
membuatnya mudah memancing perhatian pembeli.
2. Shelf talker. Shelf talker adalah papan iklan yang
dipasang berdekatan rak produk yang diiklankan.
3. Standing display atau standing banner. Display dari bahan
khusus yang dipajang di atas rak atau lantai berisi gambar yang cukup
provokatif untuk menarik minat pembeli. Misalnya gambar model berpakaian trendy
berbahan tripleks setinggi manusia yang dipajang dekat divisi penjualan
pakaian.
4. Shopblind. Shopblind adalah spanduk-spanduk
berukuran sedang atau kecil yang dipajang di depan toko untuk memamerkan
penawaran-penawaran terbaik dari produsen yang produknya dipasarkan di toko
tersebut.
5. Flag chain. Flag chain adalah bendera-bendera kecil
yang dipajang untuk menyemarakkan toko. Bendera ini selain menyemarakkan juga
menampilkan brand atau iklan
produk-produk tertentu.
6. Roll sticker. Iklan
ini berbentuk stiker panjang berisi gambar logo yang dicetak berulang-ulang
sepanjang stiker. Selain logo, roll
sticker juga biasa berisi pesan-pesan sponsor. Penempatannya dilatekkan
pada rak barang sehingga dapat menggoda pandangan jika pembeli sedang memilih
belanjaannya.
7. Tinplate. Tinplate adalah cetakan yang dipajang pada papan plat. Biasanya
dipajang pada pintu masuk toko.
8. Wobbler. Display produk yang
dibuat dari karton atau plastik berbentuk bundar, oval, segitiga, atau
disesuaikan dengan bentuk produk yang diiklankan. Biasa di tempel pada rak
barang, atau dekat meja kasir.
POP memang cukup besar pengaruhnya terhadap minat pembeli. Apalagi produsen atau peritel semakin inovatif merancang POP dalam toko mereka. Belakangan, pakar marketing mengklasifikasikan POP ke dalam tiga jenis yaitu: Display, Signs dan in-store media. Untuk jenis display dan signs sudah dipaparkan contoh-contohnya di atas. Sedangkan in-store media adalah POP yang hadir seiring dengan perkembangan teknologi multimedia, seperti iklan video atau perangkat audio yang dipasang dalam toko.
Ilustrasi gambar oleh Alexa dari pixabay.com
Pertama kali tayang di Kompasiana
Ulasan yang menarik.
ReplyDeleteBermanfaat.
ReplyDelete