Imbas New Normal pada Gaya Hidup Digital
“Berdamai dengan Corona” menjadi frase yang aktual untuk dibahas. Sekali lagi, ini bukan berarti Jokowi dan jajarannya sudah angkat bendera putih melawan Covid-19. Berdamai dengan Corona adalah strategi untuk melawan tapi dengan cara yang lebih taktis, selagi riset untuk menemukan vaksin dan pengobatan masih memerlukan proses yang panjang. Frase ini juga menjadi isyarat bagi kita mulai beraktivitas kembali tapi dengan gaya hidup yang baru, gaya hidup new normal.
Dengan new normal, kita bisa mulai kembali beraktivitas seperti biasa tetapi
dengan beberapa kebiasaan baru. Seperti misalnya penggunaan masker saat keluar
rumah, antrian pada fasilitas publik yang sudah diatur sedemikian rupa agar
tidak terjadi penumpukan, physical
distancing alias jaga jarak, konsumsi multivitamin secara teratur, mencuci
tangan baik menggunakan hand sanitizer maupun air- sabun yang disediakan di
depan gerai, no cipika-cipiki dan
sejumlah kebiasaan baru untuk menjaga kita tak mudah tertular (dan menularkan)
virus corona yang bikin repot sejagat raya itu.
Kebiasaan-kebiasaan baru di atas
adalah new normal yang terjadi pada
aktivitas fisik kita sehari-hari. Pertanyaan yang menarik untuk disimak adalah,
bagaimana pengaruh new normal pada
gaya hidup digital kita?
Jawaban yang akan muncul secara
spontan pasti seperti ini, ya, sekarang kita semakin akrab dengan teknologi virtual meeting, toko daring semakin
ramai, pelaku bisnis mulai yang tadinya menawarkan produknya secara luring kini
pun mulai menawarkan produknya secara daring, makin banyak orang yang
menggunakan jasa pihak ketiga untuk berbelanja, eh iya, kemarin di Kompasiana banyak
yang menulis soal mudik online dan lain-lain. Singkat kata, semakin banyak orang yang mulai familiar
dengan dunia digital saat ini.
Bagaimana dengan gaya hidup digital pada dunia
keuangan?
Jika anda membayangkan penggunaan
transaksi keuangan digital juga pasti akan meningkat, nilai 100 untuk anda.
Direktur Bisnis Konsumer BNI,
Corina Leyla Karnalies melaporkan pertumbuhan transaksi digital kuartal I tahun
2020 dalam jaringan layanan elektronik BNI meningkat 31% dibanding periode yang
sama tahun lalu. Kenaikan ini terjadi pada channel
pelayanan SMS Banking, Internet Banking dan Mobile Banking. Kontribusi peningkatan
transaksi elektronik terbesar berasal dari penggunaan BNI Mobile Banking, sebesar 84,4% dibanding periode yang sama tahun
lalu.
Fenomena yang sama dilaporkan bank
BRI. Direktur Konsumer BRI, Handayani melaporkan transaksi digital BRI pada
kuartal I tahun 2020 naik 18,71% dibanding periode yang sama tahun lalu dan
kenaikan signifikan terjadi pada jumlah transaksi Internet Banking (BRImo) dan SMS banking sebesar 73,08% dibanding
periode yang sama tahun lalu.
Laporan dua bank plat merah di atas
rasanya sudah cukup menggambarkan peningkatan transaksi keuangan digital di
negara kita selama kuartal pertama tahun 2020. Artinya selama masa karantina,
masyarakat pun semakin akrab dengan transaksi keuangan digital. Dengan
merasakan kemudahan dan benefit dalam melakukan transaksi keuangan secara
digital, besar kemungkinan kebiasaan ini akan terus berlanjut sekalipun
aktivitas sudah kembali seperti biasa pada masa new normal ini.
Jadi di sisi lain, pandemi rupanya
juga ikut mendorong masyarakat menggunakan layanan keuangan non-tunai. Secara
nasional sosialisasi gerakan transaksi non tunai sudah dimulai Bank Indonesia sejak
tahun 2014 dan terus dilakukan hingga saat ini.
Pemerintah dan masyarakat yang
peduli aktif melakukan kampanye menggunakan transaksi non-tunai karena
transaksi lebih praktis, meminimalkan risiko tindakan kriminal seperti
pencurian, meminimalkan risiko kejahatan keuangan (korupsi, money laundry dan lain-lain) dan dari
perspektif pemerintah transaksi non-tunai dapat mengurangi biaya operasional negara
dalam pengelolaan uang tunai (meliputi perencanaan,
pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, dan pemusnahan). Informasi selengkapnya mengenai gerakan nasional
non-tunai dapat dibaca pada artikel ini: Menimbang Resiko Pembayaran Tunai
dan Non Tunai.
Gaya hidup new normal pun akan membantu memasyarakatkan gerakan tersebut.
Jadi kesimpulannya, gaya hidup new normal akan berimbas pada banyak hal dalam hidup kita termasuk gaya hidup digital baik secara sosial maupun ekonomi. Berdamai dengan Corona bukan berarti menyerah. Kita melawan dengan beradaptasi. Karena sesungguhnya kemampuan inilah yang membuat manusia dan kemanusiaan masih terus eksis sampai hari ini. (PG)
---
pertama kali tayang di kompasiana.com
Ilustrasi gambar dari pixabay.com
Betul, mau gak mau hrs banyak belajar apalagi kaya aku emak2 gaptek
ReplyDeleteSama-sama belajar, Bu Hastira.
DeleteTerima kasih sudah mampir 🙏🏻
Betul, mau gak mau hrs banyak belajar apalagi kaya aku emak2 gaptek
ReplyDelete